
Jakarta, CNN Indonesia –
Bupati Kannagan, dalam kesenangan, secara resmi melarang kegiatan Jalasa Salah, yang akan berlangsung di desa Manieller Jamaat Ahmadiya dari Indonesia, distrik Jalaksana, Kunangan, Jawa Barat, yang menyebabkan keamanan dan koordinasi.
Pernyataan itu dibuat setelah pertemuan dengan Forkopamda, para pemimpin agama dan pemimpin masyarakat, untuk hari Rabu (4/12).
“For the security and coordination reasons of Kanangan Regency, we officially organized the Government of the Regency of Kannagan Manaler Village, organized by the Jamaat Ahmadiyya of Indonesia in the Jalaxana district, both the interior (local residents) and Others, and others, and yang lain.
Egus mengatakan bahwa pertemuan tautan itu disebabkan oleh penampilan tuduhan banyak bagian, yang menolak kegiatan tersebut. Situasi ini takut bahwa penampilan konflik, yang akan terjadi di desa Maneller pada 2008 dan 2010.
Demikian pula, kepala polisi Kannagan, BBP, Wali Andien, meminta agar Kunangan tidak memiliki kegiatan Goisa Salana untuk menjaga keselamatan di kawasan itu.
“Kami berusaha menjaga keamanan, bantuan, dan pengujian di zona Kabupaten Kannagan. Dengan kegiatan ini, perselisihan diharapkan tidak akan pernah terjadi lagi di Manalor. Kemudian kami berada di beberapa tempat. Prosesi akan digunakan dan akan digunakan di dalam proses pembongkaran.
Kegiatan rapat umum direncanakan minggu ini untuk disajikan oleh anggota partai Ahmadiyya di berbagai sudut Indonesia. Silana sendiri adalah pertemuan rutin yang diselenggarakan oleh anggota Indonesia Ahmadiyya Jamaat.
Selain itu, Hilli Hassan, direktur eksekutif Institut Settara, sangat mengutuk kegiatan Jallana Salana 2024 melalui Kabupaten Forkopamda Kunangan. Negara yang dilarang adalah demonstrasi terbuka pelanggaran Konstitusi.
Dia mempertimbangkan larangan agenda Jallas Silana oleh pemerintah untuk melanggar Konstitusi Indonesia pada tahun 2024.
“Larangan manifestasi oleh pemerintah Kabupaten Kunangan jelas merupakan bentuk tekanan dari pemerintah Kabupaten,” kata Hellley.
Kemudian, Halley mengacu pada sosok Negara Bagian Kebebasan beragama (KBB) yang dirilis oleh Institut Settara sejak 2007, Jamaat Ahmadiyya melanggar hak untuk kebebasan percaya pada Jawa Barat.
“Yaitu, dalam 48 kasus pelanggaran, menghadirkan pemerintah daerah di Jawa Barat dengan tekanan dari kelompok intoleransi adalah motivator untuk pemerkosaan,” katanya.
(RZR/KID)