
Surabaya, CNN Indonesia –
Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangsga (Universitas Airlangsga) Surabaya, Thantowy Syamsuddin, menemukan tanah untuk menciptakan hak (HGB) di Laut Gua Timur.
Through the x @thanthowy account. He found HGB covering 656 hectares in the waters of the Eastern Gauze at 7,342163 ° S, 112.844088 ° E, 7,35131 ° S, 112.840010 ° E and 7,354179 ° S, 112.841929 ° E. E. E. E. E. E. E. E. E. E. E. E. E. E. E. E. E. E. E. E. E. E. E. E. E. E. E. E. E. E E
Bethowy sedang mencari aplikasi dunia oleh Kementerian Pertanian dan Perencanaan Tanah Nasional (ATR/BPN).
“Ketika saya memeriksa ini dengan benar dari aplikasi Bhumi ATR/BPN, saya mengklaim saya untuk tweet saya semua tautan layar, termasuk saya untuk melintasi aplikasi Google Earth,” kata Tanthowy kepada cnnindonia.com pada hari Selasa (21/14 21/14/ 1)
Bethowy mengatakan dari hasil pencariannya, yang menyatakan bahwa tanah yang dicatat dengan status HGB terletak di area air tanpa tanah.
“Di Google Earth, daerah itu benar -benar laut, seperti kolam renang dan hutan bakau, jadi tidak ada tanah. Ya, air yang sama.”
Seperti yang dia katakan, jika penemuan HGB ada, itu melanggar nomor keputusan Pengadilan Konstitusi (MK) 85/PUU-XI/2013. Yang melarang penggunaan ruang di perairan
Tidak hanya itu, HGB -nya adalah kebalikan dari wilayah Java Java tahun 2023 dalam Rencana Regional (RTRW) menegaskan bahwa area ini untuk perikanan, bukan zona komersial atau solusi. Dia mengatakan bahwa ini menyebabkan pertanyaan besar tentang akurasi HGB.
“Ini harus dikonfirmasi atau pemerintah harus dikonfirmasi, mengapa menggunakan daerah itu di perairan, yang merupakan kebalikan dari keputusan Mahkamah Konstitusi,” kata Throwy.
Dia juga menekankan peran Kementerian Navigasi dan Perikanan (MOH), yang memiliki peta zona tentang penggunaan ruang laut. Seperti yang dia katakan, perlu untuk menyinkronkan data antara ATR/CPN dan MOH untuk memastikan bahwa penggunaan daerah tidak melanggar aturan dan melukai lingkungan.
Dia juga mendorong pemerintah untuk transparan dalam mengungkapkan pemilik HGB di wilayah tersebut karena aplikasi Bhumi menunjukkan status HGB tanpa informasi tentang pemilik.
“Pemerintah harus mengungkapkan bahwa itu sebenarnya HGB. Saya berharap apa yang terjadi di Tananang tidak akan terjadi di Jawa Timur, terutama pantai, yang merupakan titik untuk konservasi goresan dan nelayan bagi nelayan.” Ketat ketat