
Jakarta, CNN Indonesia –
West -Nusa Tenggara provinsi DPRD menekankan bahwa ada ‘orang besar’ di balik kolam udang yang tidak memiliki izin atau ilegal di wilayah tersebut.
Sebelumnya, klaim itu adalah ‘orang besar’ di balik kolam ilegal diluncurkan selama pertemuan koordinasi direktur di NTB yang memiliki pemerintah provinsi bersama dengan KPK.
Ketua Komisi II dari West Nusa Tenggara DPRD (NTB) kemudian Pelita Putra meminta ‘orang besar’ di belakang kolam udang di Sumbawa untuk dibongkar terhadap publik.
“Siapa ‘orang besar’. Hanya dibongkar. Kami bersyukur jika kami dapat mengungkapkan sosok orang hebat yang dimaksud. Kami ingin tahu seberapa besar orang itu. Apakah tubuhnya atau posisi besar,” katanya masuk Mataram, Senin (13-1/1).
Dia mengatakan ada hal -hal yang lolos dari pengelolaan kolam udang di pulau -pulau Lombok dan Sumbawa, terutama antara lisensi bisnis dan izin lingkungan.
“Jadi ada izin bisnis sehubungan dengan perusahaan di tanah, dikelola di distrik, maka ada lisensi bisnis. Izin bisnis ini pertama -tama harus dipenuhi izin lingkungan,” kata Pelita.
Pelita menekankan bahwa izin bisnis pound di tanah adalah otoritas distrik, tetapi ketika kolam ingin beroperasi, semua pengusaha membutuhkan air laut.
“Yah, air laut adalah otoritas provinsi, sehingga ketika petani atau petani memastikan izin untuk penggunaan air laut mereka, mereka menggunakan studi lingkungan di distrik. Mengapa tidak dapat digunakan karena tidak ada penelitian tentang dampak dampak tersebut dari penggunaan air laut dan pemasangan pipa limbah pemindahan di laut, “jelasnya.
Menurutnya, izin lingkungan darat dan laut harus dilakukan di provinsi untuk memfasilitasi manajemen.
“Kami meminta untuk menyelesaikan semuanya di provinsi ini, karena itu memerlukan dua dokumen yang berbeda, yaitu di darat dan di laut,” katanya.
Pelita menambahkan bahwa jika kolam udang belum menyelesaikan dua izin, ini bukan bentuk kelalaian, tetapi tidak ada kekuatan manajemen izin antara pemerintah provinsi NTB dan setiap distrik kota.
Karena alasan ini, harus disepakati oleh agen perikanan dan maritim dan kepala regional untuk diserahkan ke provinsi lebih mudah.
Sebelumnya, KPK mengungkapkan bahwa ada ratusan kolam udang di NTB yang tampaknya tidak memiliki izin lingkungan.
Ini diluncurkan selama Pertemuan Koordinasi Pemerintahan Bambakan di NTB, yang diadakan di gedung Graha Bhakti Praja, Kantor Gubernur NTB di Mataram, Kamis (9/1).
Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Gugus Tugas KPK Regional Corsup V, Dian Patria, Provinsi NTB Sekretaris Regional Gita Ariadi dan Bupati/Walikota di NTB dan para pemimpin pemerintah provinsi NTB muncul dan sejumlah agen vertikal di NTB di NTB di NTB di NTB muncul .
Ketua KPK Korsup Task Force V, Dian Patria mengakui bahwa berdasarkan fakta ada ratusan kolam udang di NTB yang telah bekerja sejak lama, tetapi tidak ada yang mengeluarkan izin lingkungan oleh lingkungan dan kehutanan NTB oleh NTB NTB oleh NTB NTB NTB NTB Layanan (LHK).
“Ini aneh, lisensi kolam ada tetapi tidak memiliki izin lingkungan,” katanya.
Dia menyebutkan data dari NTB One -Stop Integrated Investment and Licensing Service (DPMPTSP) yang dikeluarkan oleh izin bahwa ada 265 kolam. Sementara itu, data dari NTB Maritime Fisheries Service (DKP) telah ada 197 izin kolam. Sementara itu, data NTB LHK adalah 33 kolam dengan izin lingkungan.
“Sementara data tentang jumlah izin kolam begitu banyak yang juga harus memiliki izin lingkungan. Yaitu, kolam udang yang sekarang bekerja dan mendistribusikan di NTB, tampaknya tidak hingga 10 persen yang sudah memiliki izin lingkungan,” Dian menjelaskan.
“Jadi ada banyak masalah kolam di NTB,” lanjutnya.
Dian mengatakan bahwa NTB adalah nomor satu terbesar di produsen gambut udang di Indonesia, di mana jumlah produksi mencapai 2 juta ton. Itu hanya diikuti oleh provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur.
“Yang terbesar Anda tahu NTB ini. Meskipun laut terbatas dan pulau itu tidak sebesar Jawa, Sumatra atau Kalimantan,” katanya.
Produk Udang Indonesia
Sementara itu, ketika dia berbicara di mata dunia, Indonesia nomor empat menempati udang terbesar di dunia. Produk udang bahkan memberikan kontribusi terbesar untuk sektor kelautan penangkapan ikan untuk pendapatan negara yang berjumlah 34 persen.
Selain banyak kolam yang tidak dilitkan, Dian mengatakan dalam pertemuan koordinasi, Dian juga meluncurkan banyak data antara provinsi dan distrik/kota di NTB yang tidak seragam terkait dengan jumlah kolam udang.
“Sebelumnya, fakta bahwa ada banyak informasi yang tidak sama. Lokasi terus mematuhi pajak, apa yang Anda miliki izin lingkungan, dan sebagainya,” kata Dian.
Ketika dia melihat kondisi ini, dia tidak menolak bahwa harus ada masalah, bahkan dengan potensi kehilangan negara atau keberadaan korupsi kriminal (korupsi) dalam masalah izin pensiun udang di NTB.
Namun, menurutnya, itu harus dibuktikan sebelumnya. Karena, ketika berbicara tentang korupsi, harus dibuktikan apakah ada aliran sumber daya kepada pejabat atau manajer pemerintah.
“Kerugian potensial jelas, tetapi harus dihitung. Karena produksi udang adalah hingga dua juta ton, ternyata mengabaikan lingkungan, mengabaikan ini dan sebagainya. Mungkin sebelum izin lingkungan mungkin tidak berfungsi terlebih dahulu, tetapi Karena ini telah lama terjadi, tidak ada satu -ride dan kelalaian dan beberapa menikmatinya, “katanya.
(Kid/Antara)