
Jakarta, putra Indonesia –
Kantor Kejaksaan (sebelumnya) telah secara resmi mengajukan pengaduan terkait dengan penilaian yang lebih ringan yang diterima dari terdakwa dalam kasus korupsi Calayan di area PT Timah IUP pada 2015-2022, Helena Lim et al.
Direktur Jaksa Agung Jaksa Agung Jaksa Agung di Sutikno Khusus menyatakan bahwa aplikasi dan ingatan pengaduan terhadap Helena telah diberikan kepada PT Jakarta, Selasa (31/12) kemarin.
“Memang benar bahwa semuanya telah diajukan banding dan juga dikomunikasikan pada ingatannya tentang banding,” katanya kepada wartawan pada hari Kamis (9/1).
Selain Helena, Sutikno mengatakan pengaduan itu juga diwakili oleh jaksa penuntut terdakwa Emil Ermin, MB Gunawan, julukan Tamron Aon, Mochtar Riza Pahlevi Tabrani, Hasan Tjhie.
Secara terpisah, kepala Pusat Informasi Hukum tentang Pengacara Umum Harley Siregar mengatakan banding telah disimpulkan ketika keputusan hakim dianggap tidak memenuhi perasaan keadilan dalam masyarakat.
“Penghakiman atas hak korupsi tidak memenuhi perasaan keadilan dan masyarakat yudisial. Kedua, ada beberapa bukti bahwa keputusan tersebut kembali kepada terdakwa,” jelasnya.
Sebelumnya, terdakwa Helena Lim, sebagai manajer pertukaran Skyline PT Quantum, dijatuhi hukuman lima tahun penjara dan denda 750 juta RP dan uang untuk menggantikan 900 juta RP.
Putusan itu lebih dari permintaan jaksa penuntut yang sebelumnya meminta Helena dihukum selama delapan tahun, denda 1 miliar rp dan menggantikan uang 200 miliar rp.
Mempertimbangkan, komposisi hakim tidak setuju dengan permintaan uang kompensasi yang diajukan oleh jaksa penuntut.
Menurut hakim, persidangan mengungkapkan bahwa terdakwa lain Harvey Moise mengakui bahwa ia telah menerima semua uang keamanan, seolah -olah dana CSR senilai $ 30 juta atau $ 420 miliar ditampung oleh Helena melalui PT QSSE.
Menurut Hakim, Helena tidak menikmati uang itu.
“Semua uang dari dana keamanan, seolah -olah dana CSR yang diterima dari Harvey Moise dari perusahaan teratas yang ditransfer ke akun PT Quantum diterima oleh saksi Harvey Moeis, sehingga kelompok hukum mengklaim Helena tidak menikmati uang keamanan atau seolah -olah dana CSR,” kata Hakkim.
Menurut hakim, Helena hanya menikmati keuntungan dari nilai tukar untuk mata uang untuk uang keamanan dengan menghitung RP30, dikalikan dengan $ 30 juta atau senilai Rp900 juta.
“Semua jutaan RP yang digunakan oleh terdakwa terdakwa.
(Kid/TFQ)