
Jakarta, CNN Indonesia –
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat II EDI Oloan menekankan kompetensi KPUD setelah Pengadilan Konstitusi (Kabinet Menteri) memutuskan bahwa 24 wilayah mengorganisir kembali (PSU) tahun 2024.
Karena, menurutnya, PSU disebabkan oleh keadaan KPUD, yang tidak hati -hati ketika memeriksa tuntutan kandidat pada kepala regional.
“Berdasarkan keputusan Mahkamah Konstitusi, ada 24 wilayah yang harus melalui PSU karena berbagai pelanggaran hukum dan administrasi, ini adalah masalah mengapa banyak persyaratan standar dapat ditransfer ke pengamatan CPU regional, dan bagaimana penyelenggara yang kompeten berada di daerah dan apakah pemerintah daerah siap untuk pendanaan PSU, EDI mengatakan kepada wartawan pada hari Jumat (28/2).
Oleh karena itu, EDI berharap bahwa PSU akan berlangsung di beberapa daerah melalui pengawasan yang ketat.
“Dengan pengawasan yang lebih hati -hati dan lebih ketat, EDI berharap bahwa Re -Voting (PSU) dapat bekerja dengan baik dan tidak memiliki masalah,” katanya.
Di sisi lain, EDI menekankan bahwa PSU ini harus terjadi, meskipun pemerintah membuat efisiensi anggaran. EDI juga mendesak pemerintah pusat untuk membantu beberapa wilayah yang memiliki masalah anggaran dalam mengatur PSU.
Selain itu, menurutnya, itu telah menjadi kesimpulan pada pertemuan Komisi II dengan CPU di Bawasl.
“Berdasarkan Pasal 1 (1) (1) UU 1, 2016, dinyatakan bahwa” Pembiayaan Pemilihan dipilih dari anggaran regional (menjadi) dan dapat didukung oleh anggaran negara (Bendera) sesuai dengan aturan hukum dan laporan tentang Komisi Perwakilan II, yang lebih dari 10 hari laporan kerja dan dengar pendapat (RDP). “
(DAL/MAB)