
Jakarta, CNN Indonesia –
Meteorologi, iklim, dan geofisika (BMKG) telah menemukan bahwa masa -masa ekstrem dapat bertahan di daerah besar Jacaat di tengah ancaman bencana banjir yang menghantam daerah itu. Bahkan, dia mengatakan dia belum mencapai ujung tahap waktu ekstrem sekarang.
Kebingungan BMKG Dwikorita Carnawati menyatakan kondisi cuaca ekstrem selama beberapa hari ke depan. Namun, diperkirakan akan menurun di Dasarian II atau orang lain dari Maret.
“Fenomena ini terus menurun sementara, tetapi ia tampaknya berada di puncaknya sejak saat itu. Jadi mereka secara bertahap meningkat, jadi itu akan menjadi ekstrem lagi,” kata Dwikorita pada konferensi pers pada hari Selasa (4/3).
Menurut Dwikorita, analisis BMKG menunjukkan bahwa bagian atas waktu ekstrem akan muncul dari 11 hingga 20 di Dasaria II.
BMKG adalah lalu lintas mingguan untuk jangka waktu 4-10 hingga 1 Maret 2025, dari 1 Maret hingga 1 Maret.
“Bencana psikologis seperti air ini dapat terjadi, terutama di daerah pesisir dan daerah-daerah di mana hujan deras jatuh di medan yang tajam,” kata BMKG.
Waktu ekstrem yang menyebabkan bencana hidromatik di berbagai daerah, termasuk Jabodetabek, terjadi karena beberapa kondisi dinamika atmosfer yang secara signifikan meningkatkan kemungkinan hujan di beberapa daerah.
Dinamika atmosfer termasuk Rossby Equator, frekuensi rendah dan gelombang udara Kelvin, yang diharapkan tetap aktif minggu depan. Faktor -faktor ini dikatakan memiliki potensi untuk meningkatkan aktivitas konveksi di Indonesia.
Ini ditingkatkan dengan sirkulasi siklon di perairan pantai barat, Benkuru Samudra Hindia Barat Daya, dan PAPU Selatan, serta kondisi aplikasi lokal yang kuat, dan dapat mendukung pembentukan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia.
“Ini membuatnya sangat mungkin bahwa hujan akan terjadi. Diperkirakan dapat dilaporkan secara merata di berbagai daerah,” jelas BMKG.
Sub-cuaca BMKG Guswanto mengatakan partainya memperkirakan itu akan menjadi periode 4-11. Maret 2025. Pada tahun 2019, masih ada kemungkinan bahwa hujan intensitas tinggi dapat muncul di serangkaian daerah Indonesia, khususnya Kepulauan Barat dan Papua.
Karena serangkaian dinamika atmosfer, kemungkinan kondisi cuaca ekstrem masih terjadi. Gelombang atmosfer seperti khatulistiwa, frekuensi rendah dan kelvin di Rossby tidak aktif di sebagian besar Sumatra, Kalimantana, Sulawesi, Marc utara dan Kepulauan Papua.
“Itu masih bisa muncul di tengah hujan tinggi, dan perlu diurus, terutama di daerah yang rentan dalam cuaca ekstrem,” kata Gaswant Selasa (4/3).
Guswant menjelaskan bahwa analisis terbaru menunjukkan pembentukan siklon di Samudra Hindia, Aceh Barat dan Papui Selatan.
Selain itu, Area of the Wind Conference (Confluence) juga ditemukan dengan peregangan ke Alafuromoa, Sheeb 3 dan Seaflores di Papua Selatan. (DMI/DMI)