
Jaket, CNN Indonesia –
Israel mengklaim bahwa komandan Angkatan Laut di Hizbullah dalam pukulan udara di Lebanon selatan (4/3). Tel Aviv juga menyalahkan Hizbullah karena melanggar gencatan senjata yang disepakati sejak November lalu.
Dalam pernyataannya, tentara Israel menyebut Angkatan Udaranya “berlaku dan terbunuh,” kata Khodri, nama, komandan unit Angkatan Laut Hizbullah, mengatakan di dekat kota Kena.
Israel menuduh nama itu terlibat dalam “kegiatan yang mengancam Negara Israel dan warganya dan pelanggaran sebenarnya terhadap pemahaman antara Israel dan Lebanon.”
Menurut tentara Israel, di mana ia adalah anggota Radwan, unit elit Hizbullah, dan terlibat dalam “tindakan penyelundupan laut.”
Sementara itu, Kantor Berita Nasional Lebanon melaporkan bahwa satu orang tewas dalam serangan Israel terhadap sebuah mobil di sebuah desa di wilayah kota selatan Tzur, tempat ia berada.
Anggota parlemen Hizbullah, Hassan Gazadin, mendesak komite yang bertanggung jawab untuk mengawasi perjanjian gencatan senjata dengan Israel untuk “menghentikan pelanggaran yang sedang berlangsung dari kedaulatan nasional kita.”
Dia juga memohon komite untuk “menggunakan semua tekanan untuk mengeluarkan musuh dari daerah tempat mereka masih duduk.”
Azdin juga memperingatkan bahwa kegagalan pasukan Israel “akan mendorong rakyat kita untuk menggunakan hak -hak mereka dalam perlawanan.”
Perjanjian penghentian terakhir, dia menghentikan pertempuran antara Israel dan Hizbullah. Namun, Israel terus melakukan serangan dan pelanggaran gencatan senjata di Lebanon.
Perang antara Israel di depan Hizbullah telah terjadi sejak milisi Lebanon selatan membuka serangan terhadap Tel Aviv sebagai semacam solidaritas pada Hamas dan tanah Palestina.
Israel dan Hizbullah terlibat dalam pertempuran besar selama sekitar dua bulan sebelum mereka akhirnya setuju dengan gencatan senjata. Lebih dari 4.000 orang terbunuh oleh serangan Israel ke Lebanon.
Di pihak Israel, 78 orang terbunuh, sementara 56 tentara juga tewas dalam kegiatan di daerah Lebanon.
Israel, AFP, berdasarkan ketentuan gencatan senjata, harus menyelesaikan penarikan pasukannya dari Lebanon pada 18 Februari setelah pindah ke waktu Januari. Namun, sejauh ini Israel masih memegang pasukannya di lima pusat “strategis”.
Gencatan senjata juga mengharuskan Hizbullah untuk mengundurkan diri di utara Sungai Lithuania, sekitar 30 mil dari perbatasan, serta membongkar semua infrastruktur militernya di wilayah selatan.
Pekan lalu, Menteri Pertahanan Israel Israel Katz menyatakan bahwa tentara Israel akan tetap di daerah itu ia menyebut “zona penyangga” di Lebanon selatan untuk waktu yang tidak ditentukan. (RDS)