
Jakarta, putra Indonesia –
Pengadilan Konstitusi (MK) akan membaca keputusan apakah kasus pemecatan atau keputusan perselisihan tentang hasil pemilihan umum Gubernur, Bupati dan Walikota atau perselisihan pemilihan lokal simultan tahun 2024 minggu depan (4/2) dan Rabu (5/2).
“Persidangan berikutnya masih menunggu pemberitahuan dari Pengadilan Konstitusi, terkait dengan kelanjutan kasus ini, jika kasus tersebut berlanjut dalam bukti atau akan diselesaikan dengan keputusan penolakan, yang akan diumumkan kemudian pada 4 dan 5 Februari,” kata Hakim Shartoyo pada hari Kamis di Pengadilan Konstitusi.
Membaca keputusan penolakan lebih cepat daripada program yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan peraturan Pengadilan Konstitusi nomor 14 tahun 2024, keputusan pemecatan pada awalnya direncanakan akan dibaca antara 11 dan 13 Februari 2025.
Wakil Presiden Pengadilan Konstitusi Saldy Ira mengatakan bahwa semua pihak, baik kasus yang maju maupun yang menurun, akan dipanggil untuk membaca keputusan pemecatan.
Dia juga berharap bahwa manajer regional yang dipilih yang perselisihannya dinyatakan terbunuh dalam keputusan pemecatan dapat ditemukan segera.
“Mari kita berharap ini dikombinasikan oleh pemerintah untuk rakyat, gelombang tidak menghadapi pengadilan konstitusional,” katanya.
Keputusan pemecatan adalah faktor penentu untuk melanjutkan kasus pada tahap Mahkamah Konstitusi.
Jika kasus ini terus diumumkan, para pihak dapat mengirim saksi dan/atau ahli yang jumlahnya enam untuk perselisihan gubernur dan empat orang untuk perselisihan bupati/walikota.
Daftar saksi dan ahli, bersama dengan identitas dan informasi yang harus dibaca, harus disajikan di pengadilan sehari sebelum sesi bukti. Secara khusus, perlu untuk memasukkan izin dari lembaga atau lembaga ahli.
“Mulai sekarang, kecuali untuk pengadilan, tidak ada lagi bukti tambahan dan tak terbatas. Selanjutnya, akan jelas apakah kasus tersebut akan terus berlanjut ke bukti berikut. Untuk kasus yang diselesaikan untuk pemberhentian, Anda tidak perlu menambahkan sampel dan menanggung lagi, nikmati saja hasil pengunduran diri,” kata Saldi.
Kasus umum sengketa pemilihan atau dikenal sebagai perselisihan antara pemilihan umum Gubernur, Bupati dan Walikota (PHP Kada) pada tahun 2024 adalah 310 kasus. Jumlahnya terdiri dari 23 kasus gubernur, 238 bupati dan 49 kasus per walikota.
(Anak/antara)