
Yakarta, CNN Indonesia –
Dewan Etika Asosiasi Opini Publik Survei Indonesia (Persepi) mengatakan Poltracking Indonesia mengirim dua set data mentah atau data yang berbeda yang digunakan dalam rilis survei DKI Jakarta Pilgub dalam pemilihan lokal simultan tahun 2024.
Hal ini menyebabkan Dewan Etis untuk tidak memverifikasi validitas implementasi metodologi survei opini publik Indonesia yang diterbitkan beberapa waktu lalu.
“Dewan Etika tidak dapat memverifikasi validitas implementasi metodologi survei opini publik karena perbedaan dua set data (data mentah) yang dikirim,” tulis Dewan Etika Persype dalam pernyataannya (5/11).
Dewan Etika menyelidiki hasil survei yang terkait dengan pemilihan Yakarta 2024 yang diterbitkan oleh Poltracking dan LSI yang menerbitkan hasil yang berbeda, dan bahkan cenderung ditentang. Peluncuran hasil survei DKI Pilgub adalah poltracking dan LSI pada minggu yang sama beberapa waktu yang lalu.
Dewan Etika Perse menyatakan bahwa awalnya dalam pemeriksaan pertama pada 29 Oktober, Poltracking tidak dapat menunjukkan 2.000 sampel asli seperti yang ditunjukkan dalam laporan rilis survei.
“Poltracking mengatakan data asli dihapus dari server karena penyimpanan data terbatas (penyimpanan) yang disewa oleh pemasok,” kata Dewan Etika.
Kemudian, dalam presentasi pernyataan tertulis pada 31 Oktober, Poltracking juga tidak mencapai data tanpa memproses 2.000 sampel.
Hal yang sama terjadi lagi dalam ujian kedua (2/11). Dewan Etika sekali lagi bertanya tentang set data asli yang digunakan dalam versi survei. Namun, poltracking tidak dapat menjelaskan dan menampilkan data asli dari 2.000 data sampel mentah.
Dewan Etika menjelaskan bahwa Poltracking tetap masuk akal, karena data dihapus dari server.
Hanya sehari kemudian (3/11) di pagi hari, Dewan Etika menerima tanpa memprosesnya, menurut pengakuan potracking Indonesia, itu berhasil dipulihkan oleh server dengan bantuan tim TI dan mitra pemasok.
“Dewan Etika membandingkan kedua data dan menemukan jumlah perbedaan antara data awal yang diterima sebelum inspeksi dan data terakhir yang diterima pada 3 November 2024,” katanya.
Dua set data yang berbeda menyebabkan Dewan Etika tidak memiliki bukti yang cukup untuk memutuskan apakah survei Poltracking telah memenuhi standar Prosedur Operasi Survei (SOP).
“Potracking Indonesia tidak dapat menjelaskan ketidaksepakatan antara jumlah sampel yang valid dari 1.652 data sampel yang ditunjukkan selama ujian dengan 2.000 data sampel yang diluncurkan kepada publik,” tulis mereka.
Dewan Etika menyatakan bahwa kurangnya penjelasan yang memadai juga membuat mereka tidak dapat menilai validitas data.
Dengan cara ini, Dewan Etika telah memberlakukan sanksi pada Poltracking sehingga masa depan tidak dapat mempublikasikan hasil survei tanpa persetujuan dan pemeriksaan data oleh Dewan Etika.
“Selama polracking Indonesia tidak lagi menjadi anggota Perse,” kata Dewan Etika.
Kemudian terkait dengan keputusan Dewan Etika, Poltracking menyatakan untuk Persei.
Sebelumnya, dua hasil survei yang terkait dengan pemilihan tahun 2024 Yakarta yang diterbitkan oleh LSI dan Poltracking menunjukkan hasil yang berbeda yang digunakan untuk fokus publik.
Survei LSI dilakukan dari 10 hingga 17 Oktober 2024 dan diterbitkan pada hari Rabu (10/23), serta survei poltracking untuk periode 10-16, 2024 diluncurkan pada hari berikutnya, Kamis (10/24).
Hasil survei LSI menunjukkan bahwa Pramono -No Karno lebih unggul sebesar 41,6 persen, sementara Ridwan Kamil -Suswono (Rido) berada di urutan kedua sebesar 37,4 persen.
Sementara itu, survei Poltracking mencatat keunggulan Rido dengan opsi opsi 51,6 persen. Sedangkan Pram-Lano Karno adalah 36,4 persen. (Boy / MNF)