
Yogyakarta, CNN Indonesia –
Asosiasi Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) prihatin dengan ancaman penghentian pekerjaan (PHK), yang dapat dilakukan kapan saja sebagai akibat dari efek keramahtamahan.
Deddy Pranava Eran, ketua Phri Di, mengatakan bahwa status anggotanya dari asosiasi hotel adalah karena dampak efek skala besar dari pertemuan, dorongan, konvensi dan pameran (tikus) di dekat kementerian setelah publikasi pendidikan presiden No 125.
Diketahui bahwa INPRE mengatur efektivitas biaya dalam mengimplementasikan APBN dan APBD 2025.
Bahkan, kakek mengatakan kontribusi pemerintah pada tikus adalah yang terbesar. Efek pembatalan massa, sejumlah hotel telah kehilangan pendapatan, jadi sekarang ini terlibat dalam salah satunya dalam efisiensi, mengurangi waktu kerja.
“Penurunan waktu kerja sudah ada di beberapa hotel karena Inpres No. 1/2025 adalah efisiensi kami untuk bertahan hidup,” kata Deddy ketika menghubungi Senin (10/3).
Menurut Deddy, ada tiga hingga lima hotel yang mempersingkat karyawan mereka dan melapor ke Phri. Terlepas dari kenyataan bahwa tidak mungkin untuk menjadi lebih mengkhawatirkan, menimbang larangan pariwisata atau putaran pelatihan di dekat otoritas setempat.
“Saat ini, ini bukan hanya pelatihan presiden, tetapi juga larangan putaran pelatihan -javern barat, Banten, DKI meningkatkan penurunan banyak kemampuan reservasi,” keluhan Kakek.
“Jika syarat dan ketentuan tidak berlanjut, tidak akan ada perubahan dalam politik negara, ancaman pemecatan akan dipaksakan,” lanjutnya.
Kakek juga menyatakan bahwa dia menerima industri hotel, yang saat ini melebihi pandemi Covid-19. Menurutnya, itu lebih baik pada saat itu karena pemerintah terus memberikan bantuan dalam bentuk subsidi pajak untuk produk karyawan.
“Ini bukan lagi seorang ibu (pusing), tetapi berharga (sekarat) melebihi pandemia. Pandemi pemerintah masih dapat membantu kami, tetapi sekarang pemerintah sulit membantu kami, ”katanya.
Menurut Deddy, beberapa hotel yang dibuat di bawah Phri juga dipaksa untuk melakukan strategi, seperti ketika Pandem Corona beberapa tahun yang lalu.
Selain mengurangi jam kerja, keramahtamahan dipaksa untuk menunda biaya yang kurang mendesak. Setiap orang terpenuhi, berharap pemerintah siap untuk mengevaluasi kebijakan negara anggaran yang ketat.
“PHR Pemerintah Hope memahami situasi kita dan Pendidikan Presiden sejati # 2025,” kata Deddy.
(Sfr/kum)