
Jakarta, CNN Indonesia –
PT Merdeka Copper Gold TBK (MDKA) sebagai orang tua dan perusahaan mineral menekankan komitmen untuk keberlanjutan melalui berbagai kegiatan inovasi pengelolaan limbah. Salah satunya, daur ulang limbah organik, yang melibatkan komunitas lokal.
Ini dilakukan oleh sub -kompensasi MDKA, Pt Bumi Sekseksesto (PT BSI), yang mengelola Tujuh Tambang Emas Hill di Banyuwang, Java East. Sejak 2017, ia telah bekerja untuk Komunitas Pemuda Etan Geedak (PEGA) di wilayah Nestangangaran, PT BSI mengumpulkan dan mengelola limbah organik dari sisa hasil katering dari PT BSI, serta limbah Lingkar Tambang, Pipataragan, dan Desa Siliragan.
Limbah yang dikumpulkan diproses dan terdegradasi sampai menjadi produk belatung kering (larva terbang hitam) dan pupuk cair. Dorongan protein tinggi ini dapat digunakan sebagai pakan, sedangkan pupuk cair dapat dibuahi.
Sundaranto sebagai ketua PEGA menjelaskan bahwa kegiatan inovasi pengelolaan limbah ini telah menyebabkan manfaat ekonomi dan solusi bagi penduduk dengan peningkatan kesulitan pengelolaan limbah.
Sejauh ini, Pega masih mengendalikan sekitar 20 ton sampah setiap bulan. Pada tahun 2024, limbah olahan mencapai lebih dari 271 ton, kemudian dipasarkan dengan harga jual 6.000 rp kilogram dan pupuk cairan RP.
Hanya dengan PT BSI, dengan PT BSI, juga lima PTA ke PEGA ke Australia untuk menanggapi penelitian pengelolaan limbah dan penghargaan Berititim untuk Penghargaan Pahlawan Lokal.
Dalam hal program pengelolaan limbah rumah tangga, Tom Malik, kepala komunikasi perusahaan di Merdeka, pasti akan dipimpin di semua sub -kompetensi, termasuk Pt Merdeka Tsingka Tsingska Indonesia (MTI) di bawah PT Merdeka Battery Material, TBK, yang terletak di Morowal, Sulawesi Center.
Dalam MTI, limbah domestik dikelola dan dialokasikan sesuai dengan kategori, seperti makanan, plastik, botol kaca dan stoples. Limbah makanan diobati dengan ikan lele dan bebek memakan komunitas di sekitarnya di wilayah Makart dan Labota.
Ketika limbah plastik, botol dan kaleng kaca dikendalikan dengan berkolaborasi dengan Situs Pengelolaan Limbah Terpadu (TPST) di Unit Bisnis Kepemilikan Desa (Bubdes) dan dibantu di bawah IMIP, yaitu Bohomakmuri TPS dan TPS Fatufia.
Limbah plastik TPST diproses oleh penegakan hukum, kompresi, pirolisis dan metode distilasi untuk mendapatkan produk bubuk plastik, blok paving plastik, bahan bakar diesel dan keluarga yang dapat digunakan kembali. Upaya ini mampu mengurangi produksi limbah sekitar 9 ton per hari.
“Tes untuk pengurangan limbah di rumah juga diterapkan untuk menyusun limbah makanan di sub -perusahaan mdka lainnya. Kemudian digunakan untuk menanam kompos, seperti apa yang dilakukan di pinggang, menempatkan proyek golt dan lampu mineral Sulawes,” kata MDKA dalam pernyataan resmi.
Tom Malik menjelaskan bahwa pengelolaan limbah dicapai dengan prinsip pengentasan di semua wilayah subkonsularitas MDKA untuk mencegah dan mengurangi dampak limbah, untuk meningkatkan kesadaran karyawan dan penduduk tetangga di lingkungan yang berkelanjutan.
Selain itu, perusahaan mengimplementasikan 3R (pengurangan, pemulihan, daur ulang) membuktikan pengurangan jumlah limbah yang dihasilkan. Semua prosedur untuk manajemen, pengumpulan dan penggunaan limbah domestik adalah bentuk kesesuaian dengan perusahaan dengan hukum Republik Indonesia Undang -Undang 18 pada 2008, yang berurusan dengan pengelolaan limbah.
Melalui langkah -langkah strategis ini, MDKA dan semua sub -kontrol optimis melalui inovasi untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan dan menambah nilai bagi industri pertambangan Indonesia.
“Merdeka selalu didedikasikan untuk manajemen lingkungan dan mencakup komunitas yang mengelilingi koneksi tabrakan. Kami bekerja sama untuk membuat sampah lagi bermanfaat,” kata Tom.
(Rea/rir)