
Jakarta, CNN Indonesia –
Tujuan menyerap biji -bijian buatan rumah pada tahun 2025 masih jauh dari harapan.
Pada 24 Maret 2025, pengakuan kenaikan biji -bijian sama dengan 534.629 ton atau 17,82 persen dari target 3 juta ton.
Sekretaris Badan Makanan Nasional (Bapanas) Sarwo Edhy mengatakan bahwa pada 21 Maret 2025, penyerapan biji -bijian hanya 471 ton. Dia berharap bahwa periode panen Maret dan April dapat digunakan untuk meningkatkan pengisapan untuk meningkatkan penghematan beras pemerintah (CBP) dan meningkatkan kesejahteraan petani.
“Kami berharap bahwa selama panen Maret dan April, pengisapan akan meningkat untuk meningkatkan penghematan beras dan meningkatkan kesejahteraan petani,” kata Edhy dalam audiensi (RDP) dan Komisi IV Parlemen Indonesia, Senin (3/24).
Menurut data yang ia jelaskan, pengumpulan biji -bijian panen kering (GKP) yang dianggap sebagai 566.793 ton. Sedangkan konsentrasi beras sama dengan 534.629 ton.
Angka ini masih jauh dari hari target, yaitu 57.750 ton per hari.
Untuk mencapai tujuan, pemerintah telah menunjuk SIP 3 juta ton padi yang setara dengan harga pembelian pemerintah sebesar Rp6.500 per kilogram (kilogram) per GKP di tingkat lapangan.
Wakil Direktur Perum Bulog Marga Taufiq menjelaskan bahwa pekerjaan ini disediakan oleh kepala kepala Bapanas nomor 24/ts.03.03/k/1/2025.
“Untuk mengidentifikasi perbaikan pribadi, gelandangan diberikan untuk mengambil panen kering dengan butiran beras dan total 3 juta ton beras yang setara dengan Rp6.500 per kg pada tingkat pertanian dan Rp12.000 per kg per beras di gudang Bulohouse,” katanya.
Marga menjelaskan bahwa bulog mengembangkan berbagai teknik untuk mempercepat penyerapan, serta pembentukan kerja sama dengan petani, kelompok petani (Poktan), dan kombinasi kelompok petani (Gapoktan) melalui mitra dan asosiasi Maklow.
Namun, ia mengakui bahwa batas -batas pusat pengeringan adalah hambatan yang mempengaruhi efisiensi pengisapan, sehingga perusahaan harus bekerja sama untuk menggiling dengan perangkat ini.
Selain itu, Marga mengatakan partainya menunjuk pekerja pertanian melalui tim pilihan bekerja sama dengan Petugas Kerjasama (LO). Dia mengatakan langkah itu ditingkatkan dengan keterlibatan TNI-Polri dan pemerintah daerah untuk membantu mempercepat penyerapan.
“Kami juga mengembangkan pos yang tersedia di setiap kantor regional dengan Kancab untuk memfasilitasi koordinasi dengan petani dan pemantauan harian untuk mengontrol dan mempercepat penyerapan biji -bijian dan beras lokal,” tambah Marga.
Marga juga menjelaskan bahwa pada tanggal 23 Maret 2025, ekstraksi beras domestik yang sama mencapai 544.995 ton, dengan 572.686 ton GKP dan 239.295 ton beras.
Dia menekankan bahwa diagnosis kulit terus meningkat seiring dengan ketersediaan Indonesia yang tinggi.
“Sebaliknya, penyerapan sereal dan beras atau beras dalam delapan tahun terakhir telah membuktikan bahwa rekannya sangat baik untuk mengimplementasikan makanan itu sendiri, terutama dalam produk beras,” katanya.
Pada saat yang sama, harga rata -rata GKP di tingkat lapangan mencapai Rp6.573 per kilogram, sebagian atas HPP yang ditetapkan oleh pemerintah senilai Rp6.500 per kilogram.
Namun, Edhy menekankan keberadaan banyak negara seperti Lampung, Sulawesi Barat, Kalimantan Selatan dan Sumatra Selatan bahwa harga GKP masih di bawah HPP.
“Kami akan terus berjuang untuk GKP di tingkat stadion untuk menemani arahan presiden (Prabowo Subianto) senilai Rp6.500 per kilogram sehingga kesejahteraan petani tumbuh,” jelasnya.
Selain penyerapan biji -bijian, BULI juga berfungsi untuk program distribusi Distribusi dan Harga Makanan (SPHP). Pada 20 Maret 2025, implementasi distribusi beras SPHP mencapai 47.545 ton atau 31,7 persen dari target 150 ton.
(Del/agt)