
Jakarta, CNN Indonesia –
Proposal tertinggi atau batas atas penugasan penugasan presiden telah muncul setelah jumlah keluarga konstitusional telah tenggelam dalam pemilihan presiden atau pemilihan presiden.
Proposal tersebut muncul dalam pertemuan Komisi II untuk bertemu dengan para sarjana dan pengamat pemilihan untuk membahas gerakan omnibus atau menyesali RUU politik di Parlemen, Jakarta, Rabu (26/2).
Salah satu proposisi muncul selama pertemuan itu adalah sundulan huruf atas 40 hingga 50 persen kotak atau batu politik.
Relawan, Titi Angtineine, menurut kasus ini, mengevaluasi ambang batas 40 hingga 50 persen dari beberapa partai politik dalam beberapa pemilihan politik dalam beberapa pemilihan politik. Titi juga menilai bahwa prinsip tertinggi dapat terjadi dalam situasi pencalonan dalam pemilihan presiden.
Titi tidak hanya menyarankan bahwa ambang terakhir juga berlaku di kepala kepala wilayah atau pemilihan pemilihan.
Setelah pertemuan itu, para politisi politik PDIP setuju untuk mewakili batas tertinggi dari penugasan yang diperlukan untuk mencegah kandidat.
Dia berbagi kekuatan partai politik sampai seseorang dapat membangun solidaritas besar dalam pemilihan presiden.
“Kecuali batas atas seperti kemampuan partai untuk menyatukan semua partai politik atau kandidat lainnya,” kata Bima, “kata Bima.
Sementara itu, dokter Demokrat Demokrat masih memperbarui keterbatasan kandidat presiden dalam pemilihan presiden yang muncul pada pertemuan tersebut. Presiden MP dalam delegasi perwakilan deemiotik Dede Yusuf menganggap proposal tersebut sebagai niat baik, sehingga beberapa pihak tidak memiliki kekuasaan.
“Saya tidak bisa menjawab karena saya perlu menyelidiki. Apa pun yang baik untuk menghentikan pesta,” kata Dede, ketika dia berhubungan dengan Kamis (27/2).
Mencegah satu kandidat dalam pemilihan presiden
Direktur DRIAS Agung Bascorn memperkirakan proposal tertinggi yang muncul di DPR menjadi udara baru dari demokrasi Indonesia.
Agung berpikir ambang tertinggi berhasil mencegah kandidat menghindari kursi RI 1.
“Pembicaraan pada akhir 40 hingga 50 persen untuk mempertahankan dominasi kolaborasi raksasa harus dihargai,” kata Agung kepada fun-eastern.com, Jumat (28/2).
“Jika pemilihan presiden untuk pemilihan presiden mungkin semakin menurun.
Perkiraan Agung bahwa penugasan tertinggi harus diterapkan pada 20 hingga 30 persen tetapi tidak 40 hingga 50 persen. Dia menyatakan bahwa angka 40 hingga 50 persen mungkin masih mengurangi pilihan masyarakat untuk memilih angka tertinggi dari mereka.
“Setidaknya setidaknya, itu dapat menyebabkan kompetisi presiden untuk yang sebelumnya, dan itu juga sesuai dengan PT 0 persen,” katanya. Lanjutkan ke halaman berikutnya …