
Jakarta, CNN Indonesia –
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (BGS) menunjukkan perawat, bidan, dan petugas kesehatan (Nake) yang berhak atas rumah bersubsidi dari pemerintah.
Ini sejalan dengan tanda tangan Memorandum Pemahaman (MOU) antara Kementerian Kesehatan dan Kementerian Perumahan dan Area Pemukiman (PKP). Pertama, Budi menerima 42.000 pendaftar.
“Kami melihat bahwa orang -orang yang memenuhi persyaratan harus berpenghasilan rendah, Rp. 7 juta per bulan atau jika sudah menikah (pendapatan per bulan) RP8 juta,” kata Budi dalam MOU dukungan perumahan di kantor menteri PKP, Jakarta Tengah, Kamis (3/27).
Setelah terpilih, Budi mencatat bahwa ada 37.000 perawat, bidan dan petugas kesehatan yang memenuhi persyaratan. Sementara itu, pemerintah baru akan menyiapkan 30.000 unit perumahan.
Ini akan diberikan kepada 15.000 perawat, 10 ribu bidan, dan 5.000 petugas kesehatan lainnya. Subsidi ini dalam bentuk dukungan untuk fasilitas likuiditas pendanaan perumahan (FLPP).
Budi mengkonfirmasi bahwa 30.000 orang yang berhak atas pekerja di rumah sakit atau fasilitas kesehatan tidak dimiliki oleh pemerintah. Dia mengklaim bahwa orang -orang yang bekerja di sektor swasta berhak, selama mereka sesuai dengan ketentuan tersebut.
“Pekerja rumah sakit publik dan swasta publik dan swasta (rumah bersubsidi), yang paling penting adalah dikategorikan sebagai masyarakat entri rendah.
“(Membutuhkan) nomor dua penting, ini harus menjadi rumah pertama. Jadi, jika orang yang suaminya tidak, Anda tidak bisa,” lanjutnya, bercanda.
Budi mengklaim bahwa dia bersyukur karena memberikan bantuan FLPP dari pemerintah untuk perawat, bidan, kepada para nikah. Ini menghitung bahkan jumlah lahan dan biaya yang perlu dikeluarkan untuk mencapai ini.
“Kami berterima kasih karena 30.000 ini harus dikalikan sekitar 80 meter persegi untuk mempersiapkan 2,4 juta meter persegi tanah, yang disediakan oleh Presiden (Prabowo Subianto) dan Mr Ara.
Sementara itu, Menteri PKP, Marurar Sirat alias Araia, meminta Badan Manajemen Tabungan Perumahan Umum (BP Tapera) untuk mempersiapkan 300 rumah untuk parade transisi kunci pada 28 April, 2025.
Ara meledakkan tiga poin yang dapat dipilih untuk mentransfer kunci nanti, yaitu Semarang, Magelang, atau Solo. Dia mengklaim ini menurut rekomendasi Buni Gunadi Sadikin.
Sementara itu, konstruksi penuh rumah bersubsidi untuk kelompok ini diminta berada di 8 poin.
Ara meminta dua tempat khusus, di Karawang sebagai wakil ketua perwakilan Komisi IX White, yang merupakan salah satu promotor program ini. Kemudian satu situs khusus lainnya dibangun di Kampung Ara, yaitu Sumatra Utara.
“Itu harus setidaknya 8 poin, yaitu (pertama) di akhir di Aceh. Kedua, Papua. Ketiga, Ntt bawah. Keempat, di puncak Kalimantan Utara, kelima, sebelumnya (tiga lokasi) di pusat Jawa,” Detail Ara.
“Keenam, di Jawa Barat, sebagian besar kami menghormati wakil jubah (Sari White) di Karawang. Ketujuh, menyiapkan poin besar di Jawa Timur.
(SKT/SFR)