
Jakarta, CNN Indonesia –
Departemen Transportasi (Kemenhub) memberikan Lebaran 2025 pelancong 24% dibandingkan tahun lalu.
Survei tentang Kebijakan Transportasi Kementerian Transportasi mencatat jumlah total pelancong 2025, mungkin 146,48 juta orang. Itu dikalahkan tahun lalu untuk menembus 193,6 juta pelancong.
“Terima, sejauh mana potensi pergerakan masyarakat tentang pengembalian Lebaran tahun ini (2025) telah menurun dibandingkan tahun lalu,” kata kepala Kementerian Transportasi dan Kantor Informasi Publik Kemenhub Budi Rahardjo, Sabtu 3/22), City of Antiar.
“Tentang apa penyebab (jumlah penurunan pelancong) tidak fokus pada penelitian, jadi kami tidak dapat mengirimkan penyebab penurunan yang tepat,” lanjutnya.
Juru bicara Kementerian Transportasi Elba Damhuri juga telah menjelaskan alasan untuk runtuhnya 24% para pelancong tahun ini. Dia hanya mengkonfirmasi bahwa ada 146,48 juta orang yang kembali ke rumah, tetapi mengakui bahwa mereka bukan kapasitas kementerian transportasi untuk menjelaskan alasan runtuhnya pelancong.
Di sisi lain, wakil presiden Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) untuk pengembangan otonomi regional Sarman Simanjoran memutuskan lima alasan utama untuk mengurangi pelancong pada tahun 2025.
“Pertama, jarak antara Natal dan Liburan Tahun Baru (Nataru) dengan Idulfitri sangat dekat satu sama lain. Jadi orang -orang berlibur ketika Nataru keluar dari liburan atau kembali ke rumah selama Idulfitri,” kata Sarman dalam pernyataan tertulis pada Selasa (3/18).
Kedua, Sarman melihat pengaruh pada kondisi ekonomi Indonesia. Dia menganggap bahwa banyak orang telah dipilih untuk menghemat uang, khususnya, Anda perlu menyiapkan biaya untuk tahun ajaran baru dalam beberapa bulan mendatang.
Ketiga, saat ini di tengah penghentian pekerjaan (PHK).
“Keempat, kejatuhan dalam kekuatan membeli orang dan kelima, faktor meteorologi yang juga memengaruhi keinginan masyarakat untuk kembali ke rumah,” jelasnya.
Sarman bahkan sebuah proyek uang yang bergerak -tergerak pada saat Idulfitri 1446 Hijri untuk Rp137,97 miliar.
Itu adalah 20 miliar miliar rupee kurang dari kecepatan uang pada waktu yang sama tahun lalu, nilai Rp157,3 miliar.
(SKT / SFR)