
Jakarta, CNN Indonesia –
Parlemen Indonesia tiba -tiba pendapat (pendapat) Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (3/14) besok. Dalam pandangan mendadak di bawah kepemimpinan asisten parlemen Indonesia, Sisti Dasco Ahmad, merek kedua minyak goreng yang tidak memiliki validitas dan dosis yang tidak sesuai dengan standar yang ditemukan.
Dalam tes yang dimulai pada pukul 07.51, Dasco disertai oleh Ketua Komite Parlemen Indonesia, Anggia Erma Rini bersama dengan Wakil Komisi Kehidupan seperti Andrew Rosiaide, Nurdin HALID, Echo Hendro Purnomo dan Snisto Surgo Adisatria.
Mereka secara langsung mengontrol produk minyak goreng yang dijual di pasaran. DPR juga mengambil tiga sampel minyak dari berbagai produsen untuk mengeksplorasi ukurannya yang biasa.
Salah satu yang menarik adalah minyak kuliner merek Rizki yang diproduksi oleh Pt Bina Karya Prima. Produk ini tidak termasuk kode produksi atau periode validitas, serta dosis yang tidak memenuhi persyaratan 800 mL.
“Ini bukan minyak, tapi tidak diperbolehkan,” kata Dasco.
Rike Diah Pitaloka, MP VI, dari PDIP, juga menunjuk pada ketidakseimbangan dosis, yang seharusnya 800 ml. Tidak hanya itu, tidak ada kode output pada kemasan dan periode validitas.
“Penjual mengatakan dia mengatakan 800 (ML), tetapi tidak,” kata Presiden Komisi Anggia.
Selain masalah dengan dosis dan informasi produk yang tidak lengkap, biaya minyak rizki juga lebih mahal daripada minyak. Produk dijual untuk RPG. 16 mil per 800 mL tetapi 1 liter minyak dihargai RPG. 15.700 menurut harga eceran tertinggi (HET).
Mengenai hal ini, Dasco menekankan bahwa minyak goreng yang tidak memenuhi standar harus dihapus dari pasar. Tidak seimbang dari dosis dan label informasi berakhir sampai kode produksi melanggar aturan dan bahaya masyarakat.
“Itu harus dihapus dari pasar karena itu merugikan komunitas tentu saja. Jika kedaluwarsa, maka tentu saja berbahaya bagi kesehatan, berbahaya dan kemudian dalam hal harga ekonomis, harganya sangat mahal dibandingkan dengan 1.000 mm,” kata Dasco. (Ory/Ory)