
Jakarta, CNN Indonesia –
BPS memperkirakan bahwa nasi Indonesia berlimpah pada bulan April 2025. Menurut mereka, jumlah beras Indonesia paling banyak sejak 2019.
Kepala Badan Statistik Pusat (BPS) Amalia Adinniani Widyasanti mengatakan produksi beras telah mencapai 1,24 juta ton julukan pada Januari 2025, 42,21 % dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun 2024.
“Potensi produksi beras pada Januari 2025-tahun 2025 yang memproduksi 2025 memiliki level tertinggi dalam tujuh tahun terakhir atau sejak 2019,” katanya pada konferensi pers di Central Jakarta, Senin (3/3).
“Selain itu, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, peningkatan produksi beras pada Januari hingga April tahun ini (2025) adalah yang terbesar dari 2019,” tambah Amalia.
Dalam bahan paparan BPS, produksi beras dari Januari 2019 hingga April 2019 hanya 13,63 juta ton. Produksi padi pada Suborm 2020 menurun menjadi 11,52 juta ton, meningkat menjadi 13,58 juta ton pada tahun 2021 dan meningkat menjadi 13,71 juta ton pada tahun 2022.
Sementara itu, produksi beras turun menjadi 12,98 juta ton pada Januari 2023. Faktanya, pengurangan 11,07 juta ton di Suborm 2024 alias telah mencapai level terendah sejak 2019.
Winnie Women menekankan bahwa potensi untuk meningkatkan produksi beras lebih sesuai dengan pemanenan yang lebih luas. BPS memperkirakan bahwa area panen padi dalam empat bulan pertama telah mencapai 4,56 juta hektar atau 27,69 persen dibandingkan dengan Januari 2024-2024.
“Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, potensi pemanenan padi pada Januari 2025-2025 telah diperkirakan dalam tujuh tahun terakhir atau sejak 2019,” kata Winn.
Peningkatan panen padi telah membuat gandum kering (GKG) menjadi 24,22 juta ton pada Januari 2025-APR 2025. Ini meningkat sebesar 26,02 % dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
BPS juga menjelaskan pengembangan harga beras pada Februari 2025. Winnie mengatakan harga beras turun 0,09 persen setiap bulan dan menurun 10,44 persen per tahun (YOY).
“Pada tingkat inflasi grosir (beras) adalah 0,32 persen per bulan (MTM) dan penurunan 4,58 persen. Dalam inflasi, tingkat ritel terjadi pada 0,26 % MTM dan penurunan 2,63 persen pada YOY.”
(SKT/AGT)