
Jakarta, CNN Indonesia –
Dewan Perwakilan XI tidak menolak Indeks Harga Komposit (CSPI) 6 persen dari pengaruh pendapatan dan pendapatan kekurangan (APBN) pada 20 Februari 2025.
Kepala Perwakilan XI Miskakhun mengatakan bahwa anggaran negara biasanya kurang pada awal tahun.
“Jika defisit APBN selalu kurang hari dan kami akan mengalami peningkatan waktu yang singkat.
Menurut Miskachuna, pendapatan negara lipat dua bulan sebelum tahun ini tidak ada masalah. Dia percaya bahwa pendapatan negara bea cukai dan tidak mendapatkan pendapatan negara (PNBP) dapat meningkat pada bulan berikutnya.
“Kami dibayar dengan kupon di bulan depan. Saya sangat optimis, karena peningkatan konfirmasi khusus kami, penerima PNBP kami akan mengalami situasi karena harga bahan baku,” katanya.
Dia juga percaya bahwa keadaan negara dapat dibungkus dengan melaporkan SPT oleh individu pribadi dan agensi Paddon pada 20 Maret 2025.
“Jadi jangan khawatir tentang kinerja pada hari -hari awal,” katanya.
JCI anjlok Selasa (3/18) sore. Catatan, dari 11,49 WIB, indeks kehilangan 420,97 poin atau minus 6,58 persen ke level 6.046. Ini menciptakan indeks dengan tanah yang dalam dibandingkan dengan indeks lain di wilayah Asia.
Faktanya, JCI memiliki lebih dari 3,4 persen sebelum berkurang.
Berbeda dari pergerakan indeks saham lainnya di Asia, situasi ini sebenarnya mengalami reuttions yang signifikan.
Indeks 225 di Jepang, misalnya, 1,44 persen tembakan, sedangkan indeks saham di Malaysia (KLSE) dan Singapura juga mendaftarkan 1,04 persen dan 1 persen.
Sementara itu, defisit 2025 APBN 0,13 persen atau RP31,2 triliun mulai dari 2025 Januari hingga 28 Februari 2025.
Defisit dari 28 Februari 2025 karena pemerintah selama dua bulan pertama menjadi Rp348.1 Biljoen. Uang tahun ini adalah sekitar 9,6 persen dari plafon APBN.
RP211.5 Biljoen mencapai rincian pengeluaran pemerintah pada tahun 2025 Januari-Februari 2025. Sementara sisa Rp136,6 triliun didistribusikan dalam bentuk transfer ke daerah tersebut (TKD).
Sementara itu, hingga 2025 RP316,9 triliun, A. 10,5 persen dari target adalah pendapatan negara. Detail, pembayar pajak RP240.4 triliun dan saya non -tax (PNBP) RP76.4 triliun.
(FBY / SFR)