
Jakarta, CNN Indonesia –
Direktur Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Rachim Dinas Marsida mengatakan bahwa aktivitas seorang dokter penduduk FK diduga sebagai kamera pengintai atau CCTV.
Menurutnya, rekaman itu diserahkan kepada polisi sebagai bukti.
“Dia pergi ke sana [kamar] dia tampak begitu [di CCTV], dan hanya itu yang kita semua laporkan kepada pihak berwenang,” kata Rachim, pada hari Rabu (9/4).
Rachim mengatakan bahwa dokter anestesi PPDS FK diberhentikan dari tugas untuk dugaan kasus memperkosa penjaga pasien.
Dalam hal ini, rumah sakit mengembalikan dugaan pelaku di Fakultas Kedokteran. Selain itu, polisi regional Java Barat telah dilaporkan.
“Jadi ini sebenarnya, [pelaku] pertama yang dilaporkan ke polisi. Kemudian kami mengembalikan penduduk ke perguruan tinggi [dikeluarkan dari tugas pada RSHS]
Rachim mengklaim, ketika dugaan kasus pemerkosaan ditemukan, para pelaku yang merupakan warga anestesi dari PPD segera dilaporkan ke polisi. Tetapi ketika dia menyinggung kronologi insiden itu, Rachim mengatakan dia akan menjelaskannya secara langsung kepada intrusi FK.
“Jadi, karena kita juga dengan dekan koordinasi, itulah sebabnya siswa mereka bermaksud begitu. Jadi, kemudian, mereka bisa membuat insiden itu menerbitkan seperti itu,” katanya.
“Jadi, hanya jika kita sudah menjadi penjahat, kita telah dihapus dari sini,” tambahnya.
Selain itu, menurut Rachim, ada kemungkinan bahwa pelaku membius korban sebelum mereka memperkosanya. Dia mengatakan korban telah melakukan post mortem dan memberikan laporan kepada polisi regional Jawa Barat.
“Ya, tampaknya itu, dibius]. Ya, anestesi PPD bisa berhubungan dengan apa yang sebenarnya dipelajari oleh penanganan anestesi di sana, ya, ini adalah PPD, itu adalah penduduk, sekali lagi pengajaran anestesi, jadi sekali lagi itu adalah sekolah yang tidak jelas,” jelasnya.
Dia diduga membius korban sebelum pemerkosaan. Kasus ini dilaporkan kepada polisi, sementara para pelaku yang diduga segera dikeluarkan dari program pendidikan di RSHS.
Sementara itu, dalam siaran persnya, ia menyatakan dalam pernyataannya bahwa ia telah menerima laporan tentang kekerasan seksual, yang merupakan seorang dokter penduduk yang diduga diduga.
“Di sana dan RSH telah sangat mengutuk semua bentuk kekerasan, termasuk kekerasan seksual, yang terjadi dalam lingkungan layanan kesehatan dan akademik,” kata Unada.
Dalam siaran pers yang dikonfirmasi oleh fun-eastern.com di pucuk pimpinan kantor non -Supriadi, kampus, dan RSHS untuk komunikasi publik yang tidak terhalang, mereka mengatakan mereka akan memantau proses hukum.
“Tidak ada RSH yang didedikasikan untuk pengawas proses ini dengan kuat, adil dan transparan, serta memastikan tindakan yang diperlukan untuk mendukung keadilan bagi para korban dan keluarga dan menciptakan lingkungan yang aman untuk semua orang,” kata pernyataan publik.
Selain itu, partainya juga memberikan bantuan kepada Polisi Regional Jawa Barat.
“Saat ini, korban telah menerima bantuan dari Departemen Kepolisian Barat Barat dan Anak -anak (PPA) dan Layanan Anak.
Selain itu, mereka juga berdedikasi untuk melindungi privasi korban dan keluarga.
Sementara itu, pelaku kekerasan tersangka dikeluarkan dari program PPDS.
“Karena diduga bahwa ini adalah PPD yang dipercayakan dengan RSHS, bukan karyawan RSHS, tindakan yang solid dilakukan dengan menolak program PPD yang relevan,” katanya.
Direktur Direktorat Polisi Regional untuk Investigasi Kriminal West Java, Komisaris Senior Polo Surawan, mengatakan partainya telah menangkap dugaan pelaku pemerkosaan.
“Dia ditutup pada 2 Maret,” kata Surawan ketika dia dikonfirmasi secara terpisah.
Surawan, gagal memberikan banyak sertifikat dari kasus ini. Ini akan secara langsung menyampaikan kronologi kasus pemerkosaan yang diduga, selama konferensi pers yang akan diadakan sore ini.
“Satu orang, 31 tahun, adalah spesialis anestesi,” katanya. (Ikw/wis)