
Jakarta, CNN Indonesia –
Proponus anggaran makanan nutrisi gratis (MBG), yang dimiliki oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pengembangan (BPKP), dipengaruhi oleh Rp 471 miliar pengurangan anggaran oleh pemerintah Subanto.
Atap BPKP awalnya RP 2,4 triliun dan tidak infeksi efisiensi anggaran yang dipesan oleh presiden Sabiano yang tepat. Tiba -tiba, pada hari Selasa (11/2), Kementerian Sekretariat Negara (Camensant Neg) tiba -tiba dipotong setelah pertemuan semua sekretaris umum.
MBG Supervision Post -termasuk dalam program pengawasan umum, terutama masalah teknis pengawasan. Anggaran kontrol prioritas tahun 2025 adalah 80 miliar RP, tetapi hingga 40 miliar rps ditolak.
“Tentu saja, kami akan menanggapi kebohongan bahwa ini (efisiensi) tidak berpengaruh, itu harus terpengaruh, tidak ada cara untuk mempengaruhi. Kami mencoba mengurangi dampaknya,” kata Muhammad Yusuf, kepala BPKP pada pertemuan dewan (RDP) dengan Komisi XI di Jakarta Tengah (12/2).
“Ini (anggaran BPKP lainnya masih dilebih -lebihkan. Jika tidak terlalu banyak, maka Presiden (Prabovo) adalah tugas yang penting, ya, kami pasti akan bertanya.” Tuan, bukan lebih banyak uang. “Tanyakan lagi, mudah bagi kami,” katanya.
Atah menekankan bahwa BPKP tidak mungkin melakukan tugas tanpa anggaran, termasuk masalah pengawasan keuangan. Di sisi lain, bagaimana ia menciptakan kreativitas anggaran untuk membuat partainya lebih efektif.
BPKP kemudian akan memperkuat desain pengawasan. Menunjukkan target, bugact objek, templat dan masalah penting sebelum pemantauan anggaran terbatas dilakukan.
“Benar -benar ada efek, semacam diet bergizi. Kemarin (2025) kami memasuki hampir semua dapur, di sana kami masuk (untuk melihatnya). Tentu saja kami akan memilih, di sini, semua jenis. Itu akan terjadi,” jelasnya.
“Apa yang kami janjikan adalah bahwa semua program strategis yang disediakan oleh Presiden (Prabovo) jelas merupakan prioritas, kami akan menjaga … yang berarti, untuk program strategis, presiden kami telah berjanji, prioritas dan kami dapat menyimpan uang itu dengan kuat,” athe melanjutkan.
Dia juga mengindikasikan pembangunan celah kantor BPKP di berbagai titik di Papui, yang terpengaruh setelah efisiensi. Sebelumnya, mereka baru saja menyewa perdagangan untuk bertugas.
Selain itu, anggaran dan infrastruktur BPKP diucapkan sangat besar. Setelah efisiensi, hanya RP 111111 yang diproduksi hingga Rp 10 miliar.
“Papua juga mahal, tidak setiap bus bisa mengemudi. Tentu saja itu akan mengganggu, terutama infrastruktur kita hanya Rp 10 miliar. Tentu saja kita mencari, mungkin Pemerintah Daerah (PEMDA) atau apa pun yang meminjam meja dari apa pun.”
“Urutan perintah harus diterapkan karena diberikan (tingkat pengurangan anggaran). Harus ada masalah. Jika kita mengatakan tidak ada masalah, ada banyak kebohongan,” pungkasnya.
Detail efisiensi menempelkan BPKP:
1. Program pengawasan pengembangan 517 miliar RP hingga 257 miliar
– Teknik Inspeksi: RP453 miliar hingga Rp 25 miliar- Pengembangan Kontrol: Rp 64 miliar hingga Rp 31 miliar
2. Program Dukungan untuk Manajemen dari Rp 1,7 miliar ke Rp 1,5 Bigns
– Kontrol Kontrol: Rp 84 miliar hingga Rp 49 miliar- Operasi: 1,5 triliun RP hingga 1,4 miliar objek Burget dan Infrastruktur: RP 1111 miliar hingga RP 10 miliar RP
(SQT/AGT)