
Jakarta, CNN Indonesia –
Polisi akan melakukan pemeriksaan psikologis medis dari Anugrac Pratama (PAP), Program Pendidikan Medis Spesialis (PPD) dari Fakultas Kedokteran, University of Pajajaran (UNFD), yang diduga memperkosa pasien (RSHS) Bandung.
Tes dilakukan untuk menentukan adanya penyimpangan seksual di pelaku atau tidak.
“Kami akan memperkuat tes psikologis medis, psikolog untuk ujian lebih lanjut,” kata Direktur Investigasi Kriminal Air Jawa Barat, Polisi Kombers, di polisi regional Jawa Barat, Rabu (9/4).
Surawan mengatakan ada tuduhan bahwa pelaku memiliki gangguan seksual. Ini ditemukan, selama pertanyaan investigasi. Tapi itu tidak dijelaskan secara rinci, gangguan seksual yang direncanakan.
“Mencoba hari ini benar -benar tren pelaku untuk mengalami gangguan kecil tentang seks,” kata Surawan.
Kasus pemerkosaan keluarga pasien terjadi pada awal Maret 2025 tahun.
Petugas Polisi Regional untuk Jawa Barat, Hendra Rochmawan, pada waktu itu sekitar pukul 01.00 WIB, dijaga oleh ayah (pasien RSHS), bertanya pada dugaan kelembutan Anugrach Pratama, terkontrol dan transfusi darah.
Kemudian para pelaku membawa korban ambulans ke gedung MCHC di lantai 7.
“(Tersangka) meminta korban untuk tidak mengikuti adiknya,” kata Hendra.
Setelah mereka berada di lantai 7, korban diminta untuk mengganti pakaian mereka dalam operasi. Setelah itu, tersangka mengambil anestesi terhadap korban. Tak lama setelah tindakan yang disuntikkan, korban tidak sadar.
Untuk sementara waktu kemudian, pada 04.00 WIB, korban sadar. Dia kembali ke ruang gawat darurat di RSHS. Tetapi ketika korban segera melemparkan Ari, dia merasakan sakit pada alat kelaminnya.
Korban juga mengatakan bahwa tindakan yang diambil tersangka sebelum dia tidak sadar, ibunya. Keluarga korban mencium penyimpangan rasa sakit yang FH. Akhirnya, mereka melaporkan apa yang dialami anaknya polisi.
Setelah menyerahkan ke integrasi dan penyelidikan, akhirnya pada 23 Maret 2024. Polisi memberikan dugaan ringan. (CSR / WIS)