
Jakarta, CNN Indonesia –
Ratusan penggemar Ruang Naqsabandiyah di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) meminta Idulfitri di Darul Ulumi Wal Amal Amal Field Sekolah Dewan Islam hari ini, Sabtu (29/3).
Gereja Naqsabandiyah, Abdul Latif di Bima pada hari Sabtu, mengatakan bahwa pihaknya menempatkan awal Ramadhan dan Idul Fitri berdasarkan perhitungan Hilal tentang Tuan Guru (pemimpin agama), Aji Fandi.
Aji Fandi, yang dikenal sebagai Afandi bin Ibrahim al Maqbul, adalah penjaga sekolah asrama Islam Darul Ulumi Wal Amal.
“Bukan hanya pendirian doa Idul Fitri dan Ramadhan -Fast, adalah doa Idul Fitri Al -adha juga,” kata Antara.
Doa untuk Idulfitri 1446 Hijri yang diadakan oleh ratusan penggemar Naqsabandiyah dipimpin oleh Imam, Sidick Arbadi dan Hatimb Taibb.
Salah satu peziarah, Iksan mengatakan bahwa sebagian besar peziarah yang berpartisipasi dalam doa Idul Fitri tinggal di desa Ntobo dan para siswa di Darul Ulumi Wal Amal Amal Islamic Board School.
“Sudah dari kakek -nenek saya untuk mengikuti puasa dan identitas doa yang telah ditetapkan oleh Guru Aji Fandi,” kata Iksan.
Penentuan 1 Shawwal 1446 Hijri oleh Jamaah Naqsabandiyah mengacu pada metode pencocokan dan Rukyah yang mereka gunakan, serta hasil diskusi Tare Cat Ulama dua bulan sebelum Ramadhan.
Berdasarkan perhitungan internal ini, tetap telah dimulai pada 27 Februari 2025 atau dua hari sebelum keputusan resmi pemerintah Indonesia.
Jemaah al Muhdlor Idul Fitri Hari ini
Lusinan peziarah Al Khoiriyah pesantre atau lebih terkenal sebagai Gereja Al Muhdlor di desa Wates, daerah Sumberempol, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, serta bekas ID Bønne sesuai dengan ketentuan pemerintah.
Kacang ID diadakan di Masjid Nur Muhammad di Al Khoiriyah Islamic Boarding School.
Untuk menghormati umat Islam yang masih tegas, kacang ID diadakan tanpa menggunakan pembicara dan peziarah untuk suara rendah di masjid sebagai tanda awal penerapan doa ID.
Setelah doa, Gereja Al Muhdlor tidak segera memiliki rumah terbuka yang menunggu tekad pemerintah untuk mempertahankan kegiatan tersebut.
Identifikasi sebelumnya di Al Khoiriyah Islamic Boarding House adalah tradisi untuk waktu yang lama. Keputusan ini didasarkan pada perhitungan ilmu falak yang mengikuti sesuai dengan pedoman para ahli Falak.
Tradisi ini berlanjut dari almarhum Habib Sayyid Ahmad bin Salim al Muhdlor dan dilanjutkan oleh Habib Hamid Bin Ahmad Al Muhdlor saat ini.
Meskipun berbeda untuk menentukan waktu ibadah, tradisi yang diadopsi oleh Gereja Al Muhdlor memiliki kesamaan dengan tradisi Nahdliyyin (NU), yang diberikan kisah mereka oleh keluarga Nahdliyyin.
(Dari/antara/from)