
Jakarta, CNN Indonesia –
International Moneter Moneter (IMF) telah mengurangi proyeksi pertumbuhan ekonomi AS (AS) dan Cina pada tahun 2025. Sejalan dengan meningkatnya ketegangan dalam perdagangan internasional.
Dana Moneter Internasional telah mengurangi pertumbuhan di AS menjadi 1,8 persen, yang merupakan penurunan 0,9 persen dalam proyeksi sejak Januari dan 0,4 poin telah memberlakukan tarif baru.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Tiongkok telah menurun menjadi 4 persen, atau menurun 0,6 persen, diikuti dengan peninjauan inflasi sebesar 0,8 poin persentase.
Proyeksi ini dilakukan oleh Direktur IMF Pierre-Olivier Gourinchen, divisi IMF melalui blog publiknya, mengikuti kebijakan bea cukai yang agresif, yang telah ditetapkan oleh Amerika Serikat sejak akhir Januari 2025.
“Ekonomi global yang telah berlaku selama 80 tahun telah diatur ulang. Aturan lama sudah mulai mempertanyakan, sementara aturan baru belum ditetapkan,” tulis Goourinchas pada hari Selasa (22/4).
Dia menambahkan bahwa kebijakan bea cukai mendesak ketidakpastian tentang kebijakan yang tajam dan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global.
Dana Moneter Internasional memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya akan mencapai 2,8 persen dan 3 persen pada tahun 2026, yang akan mengurangi 0,8 poin persentase dari proyeksi pertama tahun ini.
Khusus untuk perdagangan internasional, pertumbuhannya diperkirakan akan memperlambat 1,7 persen dari 3,8 poin persentase sebelumnya, karena dampak tarif dan gangguan dalam rantai pasokan yang telah menyebar.
Untuk saat ini, tarif akan menjadi pasokan traumatis yang mengurangi produktivitas dan merangsang inflasi. Dalam hal negara -negara mitra seperti Cina, tarif ini bertindak sebagai guncangan permintaan eksternal yang menyebabkan kontraksi dalam operasi ekspor dan tekanan tekanan.
“Sebagian besar produk yang diperdagangkan adalah transfer silang -border melintasi beberapa kali. Menyenangkan dalam rantai pasokan dapat memiliki dampak besar, seperti yang kita lihat pada pandemi,” jelas Goourinchas.
Dana Moneter Internasional memperingatkan bahwa risiko perspektif ekonomi global akan meningkat. Tegangan perdagangan jangka panjang dapat mendorong kondisi keuangan dan memburuknya emosi di pasar.
Namun, Dana Moneter Internasional menekankan bahwa prospek dapat segera meningkat jika negara -negara kembali untuk membangun kerja sama bisnis dan menciptakan sistem perdagangan internasional yang konstan dan dapat diprediksi.
“Prioritas utama pada titik ini adalah pembaruan kebijakan bisnis dan pembentukan kontrak yang bermanfaat,” kata Gourincha.
(Del/agt)