
Jakarta, CNN Indonesia –
Lembaga meteorologis, iklim, dan geofisika (BMKG) mengharuskan orang untuk menyadari potensi iklim ekstrem dari musim hujan hingga musim kemarau atau periode transisi.
BMKG antara 25 April dan 25 April dan April 2025, BMKG menulis: “Untuk minggu berikutnya, iklim di sebagian besar wilayah Indonesia masih dipengaruhi oleh standar stasiun. Situasi ini ditandai oleh suhu panas dari pagi hingga siang hari, diikuti oleh potensi curah hujan setempat.”
“Curah hujan yang terjadi biasanya tidak setara, dengan durasi jangka pendek dan pendek, yang kemungkinan akan disertai dengan sinar dan angin kencang,” tambahnya.
BMKG mengatakan bahwa selama periode ini, ketidakstabilan atmosfer meningkatkan kemungkinan pembentukan awan konvektif, terutama di wilayah Indonesia barat dan selatan seperti Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
Oleh karena itu, disarankan agar orang memperhatikan informasi iklim terbaru dan memperhatikan potensi iklim ekstrem yang mungkin tiba -tiba muncul, terutama di sore hari.
Dinamika atmosfer
BMKG mengatakan pekan lalu bahwa wilayah negara itu dapat dipengaruhi oleh penyakit MJO, gelombang Kelvin, gelombang khatulistiwa, gelombang khatulistiwa Rosby dan gelombang frekuensi rendah yang aktif di wilayah dan periode yang sama.
Daerah yang berpotensi terkena dampak adalah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan sebagian besar Papua.
“Kondisi ini memiliki potensi untuk meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan pola sirkulasi siklon di wilayah tersebut,” kata BMKG.
Selain dinamika atmosfer, biji siklon tropis 97 -an dipantau di Laut Arafuru di tenggara Tanimbar, Kepulauan Maluku, dengan tekanan minimum 1010 MB, yang bergerak ke tenggara.
Biji siklon tropis dari tahun 1997 mungkin disebut efek langsung pada kondisi iklim dan air Indonesia, dalam bentuk hujan lebat ke gelombang tinggi.
Curah hujan sedang diperkirakan terjadi di wilayah Kepulauan Aru, Kepulauan Kai, Kepulauan Taniba, dan Kepulauan Babar. Angin kencang di Kepulauan Taniba, Kepulauan Kai dan Kepulauan Aru; dan ketinggian gelombang 1,25-2,5 m, di Laut Alavru, perairan Kepulauan Tanibubar di pulau itu, dan perairan Kepulauan Kai dan Aru.
Selain fenomena ini, sirkulasi siklon diperkirakan akan dipantau di bagian barat daya Bengkulu Samudra Hindia dan Pacific North Sorong. Fenomena ini membentuk area fusi memanjang Benggulu barat daya, perairan timur laut Samudra Hindia, Laut Halmahera dan Samudra Pasifik utara di Papua barat daya.
Diharapkan juga bahwa di perairan barat Sumatra barat di barat Lampung di barat daya Samudra Hindia, perairan barat bentuk karnaval Samudra Hindia, dari Kalimantan utara ke Kalimantan Lester, dari pusat Laut Papa Mountain dan dari Laut Maruk Selatan Maruk Selatan.
“Situasi ini dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan area sirkulasi biji siklon/siklon tropis di sekitarnya dan ketinggian di sepanjang area jet/konvergensi tingkat bawah,” jelas BMKG.
Ketidakstabilan lokal yang kuat dapat mendukung proses konveksi skala lokal di berbagai daerah, meningkatkan situasi ini.
“Ketika berbicara tentang kondisi atmosfer di atas, disarankan agar masyarakat menyadari potensi iklim yang sangat besar ini, selalu memperbarui informasi iklim, serta melindungi lingkungan dan meningkatkan kondisi lingkungan yang rentan terhadap iklim ekstrem.” (LOM/DMI)