
Jakarta, CNN Indonesia –
Kontroversi yang terkait dengan presiden otentik Diploma di Republik Indonesia, Joko Boolodo alias Jokowi, kembali menjadi sorotan publik. Pada saat ini seorang pengacara solo, Muhammad Taufiq, mengajukan faktor ke distrik di distrik Surakarta (PN) Senin (4/14). Taufiq mempertanyakan validitas ijazah sekolah menengah Jokowi.
Faktanya menambah garis panjang pada kontroversi yang sama yang selalu muncul sejak 2019. Pada waktu itu, pertanyaan Diploma Jokowi telah menyebar untuk pertama kalinya di media sosial dan mengundang debat sosial.
Polisi juga menangkap rana kerbau, Umar Kholid Harakap menyebarkan akun Jokowi menggunakan ijazah sekolah menengah palsu ketika ia mencatat kandidat presidennya sendiri. Polisi mengajarkan orang tersebut sebagai kecurigaan terhadap penyebaran Hoaks yang merusak informasi tersebut.
Salah satu poin yang menonjol adalah perangko sekolah menengah Surakarta 6 yang tercantum dalam Diploma Jokowi. Banyak warga mengatakan bahwa sekolah dibangun pada tahun 1986, sementara Jokowi lulus dari sekolah menengah pada tahun 1980. Ini mendorong asumsi bahwa dokumen tersebut tidak valid.
Tetapi kepala sekolah menengah umum Surakarta 6, Agung Wijayong, sangat membantah tuduhan itu. Dia meyakinkan Diploma Presiden Jokowi adalah administrasi yang sah dan menyetujui pendaftaran akademik sekolah. Polemik diulang pada 2022
Kontroversi yang serupa Penyembuhan Oktober 2022 Ketika penulis buku Jokowi Underverover, Bambang Tri Mulyono, menyebabkan Jokowi di Pengadilan Distrik Pusat Jakarta.
Pengadilan distrik melaporkan ke SIPP Central Jakarta, Senin (3/10) kasus ini disajikan oleh Bambang Tri Mulyono. Alasannya sekarang dicatat dengan kasus klasifikasi adalah pekerjaan yang melanggar hukum. Alasan dicatat dalam nomor kasus: 592 / pdt.g / 2022 / pn jkt.pste.
Dalam kasus, Bambang menuduh studi Jokowi tentang beasiswa dari Gadjah Mada University (UGM) FALSE.
Meskipun tes pertama diadakan, Bambang akhirnya menolak tujuannya. Tetapi tes hukum terhadapnya terus berjalan sehingga April 2023 lalu pengadilan mengadakan penjara enam tahun untuk mendistribusikan berita kerbau terkait dengan distribusi kebohongan di Jokowi.
Tuduhan serupa disajikan ulang April 2024. Kali ini dari nomor politik Egi Sudjana dan sejumlah partai lain. Namun, perjuangan mereka terhadap Jokowi ditolak oleh Pengadilan Distrik Pusat Jakarta.
Menurut pengacara Jokowi, Otto Havibuan, ini adalah pengadilan ketiga yang menolak kasus ini dengan materi yang sama.
Otto mengatakan kasus ini direkam dalam nomor 610 / pdt.g / 2023 / pn.jkt.pst.pst.psts.psts naespend untuk ditolak
Pada bulan Maret 2025, mantan guru Mataram Mataram, Rison ditanya, mantan profesor Universitas Mataram, dengan kontroversi. Dia mempertanyakan keaslian tesis dan diploma Jokowi, terutama untuk penggunaan karakter Romawi baru yang dianggap tidak biasa digunakan pada awal 1980 -an.
Namun UGM segera menjelaskan bahwa penggunaan karakter biasanya dalam salinan kampus yang berbeda pada saat itu dan menyoroti bahwa dokumen akademik Jokowi asli dan direkam secara resmi.
Sedikit, faktor terakhir yang terkait dengan validitas Diploma Sekolah Menengah Jokowi kembali ke pengadilan pada hari Senin (4/14). Kasus ini dicatat di Pengadilan Distrik Surakarta dengan nomor kasus 99 / PDT.G / 2025 / PN SKT. PN PN Hubungan Masyarakat Solo, Bambang Ariyhaano, menegaskan bahwa kasus tersebut diterima dan dalam proses administrasi.
Menanggapi kontroversi dan penyebab bergulir, Jokogi menyatakan bahwa deklarasi resmi URM cukup untuk membuktikan bahwa diplomanya pada awalnya.
“Yang penting adalah mereka yang menuduhnya, mereka harus menunjukkan. Sekarang dia masih belajar dengan tim hukum,” kata Jokowi di kediamannya, Jumat (11/4), disebutkan dalam detektif.
Pengacara Jokowi Yakup Havibuan, juga menyatakan bahwa partainya menyiapkan langkah hukum terhadap penyebar Haaks dengan tuduhan yang dianggap sebagai panduan dalam opini publik.
Sementara itu, Selasa (15/4), anggota massa penggunaan dan aktivis tim defensif (TPUA) menuntut audiensi dan penjelasan tentang Presiden Jokowi mengatakan diploma palsu. Mereka meminta agar kampus mencerminkan tes konkret sebenarnya diploma Jokowi.
Meskipun dikonfirmasi berkali -kali oleh keaslian lembaga pendidikan dan lembaga peradilan, masalah diploma Jokowi tidak menurun dalam waktu dekat. Sebagai dinamika dan pendapat politik di ruang publik, masalah ini akan terus membahas. (Kay / isn)