
Jakarta, CNN Indonesia –
Cina telah bersumpah, belum lagi serangan perdagangan oleh presiden Donald Trump di AS (AS).
Seorang juru bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok mengatakan negaranya akan menjawab bahwa ia akan melindungi hak dan kepentingan negaranya jika AS meningkatkan kebijakan tarif mereka.
“China akan berjuang sampai akhir jika AS menuntut ke jalur yang salah,” kata seorang juru bicara pada hari Selasa (8/4) yang dikutip oleh jaringan Xinhua.
Dia menambahkan bahwa tindakan balasan Tiongkok sepenuhnya dibenarkan dan berusaha untuk melindungi kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan nasional dan mempertahankan peraturan perdagangan internasional yang normal.
Lawan bicara menekankan bahwa tidak ada pemenang dalam perang komersial dan bahwa tapak tidak menghasilkan hasil apa pun. Dia ingat bahwa dampak tekanan dan ancaman bukanlah cara yang tepat untuk berkomunikasi dengan Cina.
Karena alasan ini, Cina telah meminta AS untuk membatalkan seluruh kebijakan negosiasi kolektif di Cina.
“Hentikan penindasan ekonomi dan perdagangan dan akhiri perbedaan dengan Cina dengan dialog yang setara melalui rasa saling menghormati,” katanya.
Trump memicu perang dagang di banyak negara, termasuk Cina.
Yang termuda, pendek, menjengkelkan, meningkatkan tingkat impor produk Cina menjadi 104 persen. Diputuskan untuk menanggapi perlawanan Cina terhadap tingkat perdagangan, yang diputuskan Trump minggu lalu.
Selain itu, pendek 2025. Maret mengeksekusi tambahan 20 persen ke China.
“Mulai hari Rabu, total rata -rata ekspor Cina ke AS akan meningkat menjadi hampir 125 persen,” laporan CNN dikutip pada hari Selasa (8/4).
Perhitungan didasarkan pada penjelasan petugas pers Karoline Leavitt. Dia mengatakan Trump tidak ingin menyerah pada perlawanan China selama perang tarif.
“Negara -negara seperti Cina, yang memutuskan untuk menjawab dan mencoba menggandakan perilaku mereka dengan pekerja Amerika, melakukan kesalahan,” kata Leavitt Selasa (9/4).
“Presiden Trump memiliki tulang belakang baja dan dia tidak akan putus,” tambahnya.
(FBY/AGT)