
Medan, CNN Indonesia –
Kelompok kriminal khusus Hukum Kabupaten Medas (Kejari) menangkap risma siaahan atau rumah sakit (64), yang diduga mengendalikan barang -barang di Pt Kereta API Indonesia (Persero).
Pidsus Kejari madu Mochamad Ali Rizza mengatakan rumah sakit dapat dikendalikan oleh hukum PT Kai terhadap Jalan Sutomo 11, Medan, ACT.
“Rumah Sakit ditunjuk sebagai surat yang mencurigakan: TAP-03 / L.2.10 / FD.2 / 2025 Kamis (14 Januari 2012),” Mochamad Ali Rizza mengumumkan pada hari Sabtu (19/4).
Rizza mengatakan rumah sakit itu tidak masuk akal tanpa panggilan resmi peneliti Medan Kejari. Kemudian Kejari Medan memerintahkan penangkapan rumah sakit.
“Tersangka ditangkap di markas besar Kabupaten Medan Timur. Penangkapan itu juga staf Polyrestab Medan dan manajer lingkungan setempat,” jelasnya.
Ketika dia ditangkap, dia menambahkan, dia menolak dugaan rumah sakit. Karena itu, petugas dipaksa untuk melakukan upaya paksa. Rumah sakit dibawa ke tengah penangkapan wanita ICA di tengah.
“Rumah sakit juga memperpanjang waktu, menghilang dan terus menghubungi teleponnya yang kuat,” dia selesai.
Ketika dia tiba di tengah penangkapan, rumah sakit kembali tak sadarkan diri. Pusat penangkapan menolak karena dia tidak melakukan percakapan yang mencurigakan.
“Kemudian rumah sakit membawa rumah sakit Bandung ke rumah sakit kepala dan berada di bawah rumah sakit pada pukul 19:30.
Menurutnya, rumah sakit tidak hanya dipanggil selama proses penelitian dan mencegah proses hukum. Wanita juga mengeluarkan petugas ketika barang dikendalikan ketika dia akan mengukur.
“Tindakan rumah sakit adalah pelaksanaan hukum. Tetapi kami terus bermain secara profesional, kami memberikan hak asasi manusia dan memberikan bantuan hukum kepada para tersangka,” kata Rizzak.
Tindakannya dalam tersangka di rumah sakit adalah Pasal 2 (1) 3 (3) (3) dari (1), 2001 (1) Pasal 1 1. Pasal 1. Pasal 1. Pasal 1. Pasal 1. Pasal 1. Pasal 1
“Berdasarkan audit Badan Tahanan Tertinggi (BPK), kerugian negara memperhatikan bahwa tindakan rumah sakit mencapai RP21 911000.000,” kata Rizzak. (Fnr / fea)