
Jakarta, CNN Indonesia –
Wakil Administrasi Lingkungan dari Kementerian Lingkungan Sigit Reliantoro menemukan area vegetasi di hulu perairan cabai (DAS) hanya 10-11 persen dari total air, serta dek vegetasi di kolam Sungai Bekas hanya 3,35 persen.
“Catatan kami di Sungai Bekasi hanya 3,53 persen dari dek vegetasi kehutanan. Di arus atas, 10-11 persen dari ban darat tersedia sehubungan dengan vegetasi hutan,” kata Sigit dalam Forum Udara Indonesia yang dipindahkan oleh CNN Indonesia, Rabu (3/26).
Sigit mengatakan kurangnya dek vegetasi di kedua sungai ini menyebabkan kekuatan sungai membawa air di tanah untuk berkurang.
Dia memperkirakan bahwa jika Bekasi dihitung hingga 115 milimeter (mm), maka 80 persen mengalir air dari Sungai Bekasi, dan membuat banjir di pemukiman.
“Ini berarti bahwa kemungkinan banjir di Jakarta dan Bekas semakin besar dengan fenomena seperti ini,” kata Sigit.
Hampir semua sungai Indonesia terkontaminasi
Di sisi lain, Sigit mengatakan bahwa hampir semua sungai di Indonesia terkontaminasi. Detail dari 2.195 sungai, yang diisi dengan standar kualitas air, hanya 2,19 persen. Kemudian 96 persen sungai lain mudah terkontaminasi dan sisanya sangat tercemar.
Oleh karena itu, ia mengatakan itu adalah tantangan untuk memenuhi teknologi untuk memproses air bersih. Untuk mempengaruhi peningkatan biaya pemrosesan.
“Lalu ada ketidaksetaraan antara daerah perkotaan dan pedesaan untuk layanan kebutuhan air,” katanya.
Sigit juga mengatakan bahwa pulau Jawa dan Bali-Nusa Tenggara telah memasuki fase kritis keselamatan air. Dia merinci pulau Jawa pada tahun 2024 dan melewatkan 118 miliar meter kubik per tahun untuk memenuhi kebutuhan.
“Sementara di pulau -pulau lain termasuk Kalimatan Sumatra cukup mudah diakses oleh kehidupan kita di sana,” katanya.
(RZR/GIL)