
Jakarta, CNN Indonesia –
Polisi Regional Papua membantah bahwa senjata api harus digunakan oleh petugas dalam program Safety of the Free Meal Program (MBG) (MBG) di Presiden Subianto di Jiaiwai, Senin (17/2).
Komisaris Papua Papua, kepala Papua Benny Prabovoy, mengatakan fotografi peluru yang beredar di jejaring sosial sengaja didistribusikan oleh beberapa pihak kepada pemerintah.
“Ini adalah proposal. Masalah ini sengaja ditunjuk oleh KNPB (Komite Nasional Papua Barat)/KKP ke sudut Polisi Nasional (Pemerintah),” katanya ketika dikonfirmasi oleh pesan teks pada hari Selasa (18/2).
Benny mengakui bahwa demonstrasi itu sebenarnya diamati oleh peristiwa anarkis untuk kekacauan oleh peserta protes kemarin. Namun, ia menekankan bahwa insiden itu tidak bermanfaat bagi senjata api.
“Polisi nasional menyebar dengan gas air mata karena demonstrasi mereka adalah seorang anarkis yang melempar batu dengan batu,” katanya.
Sebelumnya, berita menggunakan senjata api untuk membuka bola pada tampilan virus nutrisi gratis di jejaring sosial ditolak.
Demonstrasi yang diselenggarakan oleh siswa dan siswa di Mzhenya, Jajavia, Papua -Horras pada hari Senin (17/2) dengan gangguan.
Wakil Kepala Komisaris Polisi Jayavia terjadi di Wayan LaBars Kicuhan ketika polisi mencoba memisahkan sekelompok siswa dari kelompok lain dan diduga telah mematahkan posisi Kamtibmas.
“Memang benar bahwa (demonstrasi) memberhentikan siswa dan perwakilan siswa yang menolak MBG, ada beberapa kerusuhan,” katanya.
Dalam sebuah pemberontakan, polisi menembak dari gas yang sobek karena oposisi pasukan yang melemparkan kekuasaan dengan batu ke tanduk.
“Itu benar, kami berhasil menembak dengan gas sobek karena itu adalah oposisi dari waktu ke waktu, melemparkan pasukan keselamatan dengan batu atau tanduk,” kata Vian.
(TFQ/HOLD)