
Jakarta, CNN Indonesia –
Bulog Perum mencatat peningkatan yang signifikan dalam penyerapan beras dalam tiga bulan pertama tahun 2025. Pada bulan Maret, perusahaan telah merasakan 725 513 ton beras dari petani, yang secara dramatis meningkat pada periode yang sama tahun lalu, mencapai hanya 35 040 ton.
Praktik ini telah menjadi yang tertinggi dalam lima tahun terakhir. Biasanya bulog membutuhkan satu tahun penuh untuk menyerap satu juta ton beras, tetapi hanya dalam tiga bulan, penerimaan ini akan mencapai pencapaian tahunan sebelumnya.
Pengamat politik, Hendrio (Henensa), Menteri Pertanian (Menton), Andy Amran Sulaiman memprediksi pekerjaan kerjanya, memahami suara -suara petani petani dan perubahan di sektor pertanian dengan mengambil langkah -langkah konkret di daerah ini.
“Dalam waktu yang singkat, kita dapat melihat pengaruh tangan dingin Amran Sulaiman. Penyerapan bulog melonjak, produksi beras meningkat, berurusan dengan mafia makanan, dan memberikan hasil maksimal dalam kapasitas anggaran. -Su yang cukup, tetapi pada kenyataannya
Dia mengatakan praktik penyerapan biji -bijian adalah “hadiah khusus” sebelum Eida, serta makanan Indonesia yang dekat dengan dirinya sendiri.
Namun, ia juga ingat bahwa pemerintah menyadari tantangan yang bergerak maju, terutama di musim hujan yang kuat yang mempengaruhi produk.
Penyerapan biji -bijian dari 28 Maret 2025, mencapai 725 513 ton, yang meningkat 2 243,09 persen pada 2015 menjadi 30 964 ton. Penyerapan rata -rata dari 2015 hingga 2024 adalah 152.082 ton.
Tegangan tegak sesuai dengan laporan Badan Statistik Pusat (BPS), yang meningkat sebesar 52,32 persen dari Januari hingga Maret 2025 menjadi 8,67 juta ton, hasil padi dengan 2,83 juta hektar padi.
Perkiraan produksi beras pada Januari-April 2025 telah menunjukkan daya tertinggi selama tujuh tahun terakhir dengan produksi beras 13,95 juta ton, 25,99 persen atau 2,88 juta ton.
Menurut Hensa, salah satu faktor utama pertumbuhan penyerapan butir, biaya pembelian pembelian (HPP) sekarang ditentukan oleh RP6 500 per kilogram, dan penghapusan Rafaxia, biji -bijian harus dibeli dalam keadaan apa pun.
“Komunikasi pemerintah juga baik untuk masalah penyerapan biji -bijian, yang baik, tidak seperti kasus lain, dengan komunikasi dan koordinasi yang baik, sehingga pemerintah telah mengalokasikan anggaran tambahan dalam 16,6 triliun Balog Perum,” katanya.
Di balik kebijakan ini, kerja sama yang cermat antara Kementerian Pertanian, Buloga dan Perusahaan Indonesia Indonesia (PIHC) juga penting untuk menjaga stabilitas harga dan kesejahteraan petani.
Fase strategis lain yang mendukung pertumbuhan produksi adalah program pomponisasi yang menyediakan irigasi yang tepat, meskipun ada lingkungan yang serius. Pada tahun 2024, program ini berhasil meningkatkan produksi beras dengan nilai keuangan Rp17,89 triliun menjadi 1,49 juta ton.
Selain itu, pupuk tepat waktu, pengembangan irigasi lanjutan, produksi tanaman tinggi, optimalisasi instrumen dan mesin pertanian, dan optimalisasi program peredaran darah membuktikan bahwa pemerintah berkomitmen untuk memahami ketahanan pangan nasional.
Mafia makanan Menteri Amran telah ke perusahaan, memberantas mafia makanan sampai mengendalikan distribusi minyak dari pupuk palsu, serta memantau Rp6 500 per kilogram biji -bijian.
Direktur Pengadaan Bologna Prihasto Setton dan Menteri Pertanian bersikeras bahwa bulog dibesarkan sebagai biji -bijian petani. Menteri Pertanian juga secara langsung terkait dengan harga biji -bijian di dedaunan untuk memberi manfaat bagi petani.
“Saat ini, semua manajer regional dan cabang bulog fokus pada pekerjaan untuk memastikan bahwa petani tidak berbalik di belakang panen. Kami berdiri di depan petani.”
Dengan berbagai upaya ini, pemerintah berharap bahwa produksi pangan nasional dapat diamati secara merata dan bahwa Indonesia dapat disimpan secara ketat dalam makanan. (Rir)