
Jakarta, CNN Indonesia –
Orang -orang India berlayar dengan kereta khusus yang mengangkut kemacetan ke Kashmir untuk menjaga mereka di sela -sela pertempuran dengan Pakistan. Ditetapkan bahwa pertempuran itu adalah yang terburuk dalam beberapa dekade terakhir.
Menurut AFP, polisi yang melanjutkan tongkat itu, meniup peluit untuk membawa perintah kepada para pekerja miskin dan India timur, yang jahat, memukul dan mengutuk untuk naik kereta.
Kereta yang dikirim ke pemerintah federal membawa penduduk yang beruntung mengambil tempat di ibukota India, New Delhi, sekitar 600 kilometer (400 mil) di selatan Jamm, tanpa uang.
Beberapa jam kemudian, para pejabat di kedua negara mengumumkan bahwa mereka telah menerima penghentian yang lengkap dan segera.
Al -Quran Verma 41 tahun, yang datang dari Chhattisgarha di pusat India, menjadi Freemason di Achari dekat Jamu selama dua dekade dan menganggapnya di rumah.
Namun, dia ingin keluar dengan cara apa pun.
“Ada ledakan yang kuat sepanjang malam,” kata AFP.
Karena itu, Verma percaya bahwa tidak ada yang tersisa untuk pergi.
“Beberapa orang membesarkan bayi dan anak kecil dan melemparkan mereka ke anggota keluarga yang telah memenangkan kerumunan dan naik kereta,” katanya.
“Seharusnya ada lebih banyak kereta,” kata Suresh Kumar, 43 tahun, dari Madzha -pradesh, menyeret saudaranya dari pertarungan dengan penumpang lain.
Niche Davi, ketiga anaknya dan suaminya, tidak bisa mendapatkan tempat di kereta untuk kembali ke Bihar di Timur Jauh, provinsi aslinya.
“Ketika saya naik kereta, dia berharap untuk berjalan dalam perangkap kematian dengan anak -anak,” katanya dengan nada filosofis.
Pertempuran terakhir antara India-Pakistan disebabkan oleh serangan Kashmir bulan lalu, dijalankan oleh India, yang menewaskan 26 wisatawan, kebanyakan pria Hindu.
Dua negara musuh dan senjata nuklir, yang bertempur beberapa kali di Kashmir, sebagian besar populasi Muslim yang telah menyatakan tetapi memerintah bagian dari wilayah mereka setelah kemerdekaan Inggris pada tahun 1947.
India menuduh Lashkar-e-Taba dari organisasi teroris Pakistan, yang ditentukan oleh PBB, tetapi Islamabad membantah.
Lebih dari 60 warga sipil terbunuh di tengah -tengah kekhawatiran bahwa konflik akan menjadi perang total.
Teklal Padmani Lala memegang batang besi di pintu masuk ke salah satu kompartemen ketika kereta khusus sedang bersiap untuk memulai dengan Jamma.
“Aku akan melanjutkan di Delhi,” kata Lala.
(SFR)