
Jakarta, CNN Indonesia –
Beberapa editor media nasional mempertimbangkan realitas sektor ini menurut narasi publik yang dibangun oleh pemerintah untuk pengembangan kepulauan modal (IKN).
Dia menyoroti keterbatasan informasi, konteks ekonomi yang dianggap terburu -buru untuk diproses dan kurang didukung sebagai tantangan dalam implementasi megaprogen.
Pemimpin redaksi CNN Indonesia Titin Rososari mengatakan gagasan untuk memindahkan ibukota itu bukan hal baru, tetapi diyakini bahwa itu lebih cepat selama presiden ketujuh dan tidak muncul di tingkat internal pemerintah. Bahkan di tingkat menteri, ada gangguan pada saat pengambilan keputusan untuk pengembangan IKN.
“Dalam judul pertama, kita dapat mengatakan bahwa idenya sangat terburu -buru: Presiden Djokovi. Bahkan dalam debat modal ini, kabinet menantang presiden. Kapan dibahas kemarin?” Katanya pada hari Rabu (30/4) di Perpustakaan Nasional Jakarta Tengah di Nusan Saravel 1.0 dalam pelepasan buku tentang cerita dan operasi yang dipublikasikan.
Dalam siaran media, pengembangan IKN terlihat seperti proyek yang sepenuhnya transparan, kata Titin. Dia mengatakan telah ada perubahan dalam situasi ini, tetapi itu tidak dijelaskan kepada publik.
Dia mempresentasikan ketidaksetaraan informasi di antara kepala Okn, mantan kepemimpinan Bombang Susantono. Menurut Titin, informasi sekarang berasal dari media sosial, dan kontennya sebenarnya sinis.
“Sekarang kita datang kepada kita dengan nada sinis patung -patung kaya untuk menjadi kota Gotham, dengan konten anorganik di media sosial.
Sejalan dengan ini, pemimpin redaksi bisnis Indonesia Maria Benjamin mengatakan bahwa pengembangan IKN saat ini perlu dievaluasi dalam hal realitas ekonomi.
Dia mengatakan bahwa status ekonomi Indonesia telah melemahkan daya pembeliannya, memperlambat utangnya dan menderita perang bisnis, tetapi sekarang tidak terlalu realistis.
“Situasi saat ini tidak begitu realistis untuk melanjutkan struktur IKN. Ini tidak berarti bahwa itu perlu dihentikan sejak dimulai, tetapi kita harus melihat lagi dalam situasi yang sedang berlangsung,” katanya.
Maria menjelaskan bahwa banyak aktor bisnis dan lembaga keuangan telah mulai menderita resesi yang sebenarnya, termasuk penurunan pinjaman mobil dan penggunaan perumahan. Dalam kondisi ini, ia mempertimbangkan jumlah prioritas pengeluaran negara, termasuk rencana strategis seperti IKN.
Sementara itu, Kepala Kompas Sutra mengkritik perkembangan IKN di Dharmasapha. Ini dianggap berisiko mengorbankan kualitas prinsip dan prinsip.
Dia mengakui keadaan darurat politik dan mendorong proyek untuk diselesaikan selama aturan Djokovi, tetapi memperingatkan bahwa tindakan yang dipercepat dapat menyebabkan masalah baru.
“Akselerasi bisa menjadi pesta, sehingga mungkin tidak benar. Pekerjaan rumah bukanlah pengembangan IKN, tetapi sistem politik kita tidak menjamin keberlanjutan program lintas pemerintah,” kata Sutta.
Dia menekankan pentingnya membangun sistem pendukung yang panjang sehingga proyek -proyek seperti IKN dapat bergerak dengan mantap di bawah staf tanpa mengandalkan staf presiden.
Investor dapat mempercayainya, dan proyek berada dalam arah yang jelas, karena stabilitas sistem politik dan manajemen kebijakan publik adalah dasar utama.
(Dell/pt)