
Jakarta, CNN Indonesia –
2025 Musim kering lebih basah dari biasanya, dan di banyak daerah ada curah hujan yang tinggi. Apa penyebab kekeringan basah di Indonesia?
Sonni Setiawan, seorang ahli meteorologi di University of IPB University, mengatakan bahwa fenomena ini bukan hanya karena model monsun dan anomali iklim global, tetapi juga memengaruhi aktivitas matahari, terutama sunspot.
Sonni menjelaskan bahwa fenomena kekeringan basah dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Misalnya, fenomena El Nino dan La Nina dan iklim dipol Samudra Hindia (IOD).
Menurutnya, La Nina saat ini dalam kondisi buruk atau menengah untuk meningkatkan curah hujan di musim kemarau. Sementara itu, IOD dalam kondisi netral. Oleh karena itu, efek kekeringan basah relatif rendah tahun ini.
“Saat ini tidak ada El Nino atau La Nina yang kuat, serta yodium.
Bintik matahari adalah titik -titik gelap di permukaan matahari, yang menunjukkan aktivitas radiasi tinggi. Saat matahari membesar, matahari memancarkan lebih banyak partikel energi seperti sinar kosmik.
Partikel -partikel ini dapat mempercepat proses kondensasi di atmosfer dan meningkatkan pertumbuhan awan, sehingga meningkatkan kemungkinan hujan lebat.
“Matahari terbit juga meningkatkan gradien awan, itulah sebabnya hujan, disertai dengan kilat, lebih umum. Ini adalah salah satu faktor yang menyebabkan curah hujan bahkan di musim kemarau,” katanya.
Sonni menjelaskan secara ilmiah bahwa istilah musim didefinisikan berdasarkan posisi pseudo -sun dibandingkan dengan pengamat di permukaan bumi. Ketika matahari berada di selatan khatulistiwa atau belahan bumi selatan (BBS), wilayah selatan bumi dipanaskan karena sinar matahari yang lebih intens.
Menurutnya, pemanasan sinar matahari di belahan bumi selatan menyebabkan BB udara, biasanya memiliki tekanan yang lebih rendah dibandingkan dengan tekanan udara BBU.
Akibatnya, angin bergerak dari BBU ke BBS. Demikian pula, jika matahari berada di utara dari khatulistiwa atau BBU, itu adalah siklus musiman.
Seorang dosen di Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University mengungkapkan kondisi saat ini yang diarahkan dari model konvensional.
“Dipercayai bahwa musim kemarau berkurang. Tapi sekarang hujan terus -menerus. Ini disebut kekeringan basah,” katanya. (DMI/DMI)