
Jakarta, CNN Indonesia –
Presiden House of Representative Commission IV City Hediatry Sehata atau Titique Suhata mengungkapkan penelitian beras impor di gudang bulog.
Selama kunjungan pekerjaannya ke Yogakarta, ada lebih banyak inventaris padi impor, yang saat ini tidak mencukupi karena mereka dipenuhi dengan kutu.
.
Menanggapi situasi ini, ia meminta bahwa beras yang tidak pantas yang tersedia harus segera dipertahankan.
Menurut mereka, nasi tidak lagi kehabisan orang dan harus digunakan untuk tujuan lain segera tanpa pengawasan.
“Tolong bantu. Bagaimana dengan nasi ini, mungkin jika orang tidak bisa lagi tersedia untuk digunakan. Harap gunakan beras impor segera.”
Penemuan ini adalah bagian dari serangkaian House of Representative Commission IV, yang sebelumnya mengunjungi berbagai pasar tradisional pada bulan Februari.
Tujuan dari kunjungan ini secara langsung memahami status penawaran dan harga pangan dan mengevaluasi efektivitas upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi pertanian, kata Titheek.
“Untuk menentukan lebih dari kondisi lapangan, Komisi Parlemen Indonesia IV mengunjungi banyak pasar tradisional pada bulan Februari.
Hasil yang berkunjung menunjukkan bahwa total pasokan dan harga makanan kuat. Namun ada banyak hal yang menambah harga seperti telur ayam, bawang putih, cabai dan daging ayam.
“Akibatnya, Indonesia meminta pemerintah untuk memastikan pasokan IV melalui Kementerian Pertanian dan untuk menyediakan produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” kata Titheke.
Dalam hal ini, Amaran menegaskan bahwa masyarakat tidak dapat diberikan kutu dalam bentuk bantuan makanan atau stabilisasi buah dan SPHP).
“Kami setuju bahwa kami tidak cocok untuk masyarakat. SPHP tidak diizinkan, bukan untuk bantuan,” kata Amran.
Amran menjelaskan bahwa beras parasit akan dirilis melalui teknik yang ketat, termasuk Badan Pemantauan Keuangan (BPK) dan pengembangan (BPKP).
Dia mengungkapkan bahwa jumlah beras yang diimpor ke masalah dari sekitar 2 juta ton deposit yang tersebar di berbagai gudang di Indonesia.
Pemerintah mengatakan Amran mengajarkan teknik pengelolaan beras impor yang tidak cocok untuk penggunaan masyarakat.
“Setelah kami kemudian merilisnya, kami menelepon untuk mengikuti Direktur Balet, termasuk Yogakarta. Jika mudah,” katanya.
(Dell / agt)