Jakarta, Indonesia —
Otoritas Kepegawaian RI (OJK) mengungkap rencananya untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat Indonesia. Sejauh ini literasi keuangan baru 65 persen.
Friderica Widyasari Dewi, Direktur Eksekutif OJK yang membawahi para pelaku Kantor Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen, mengatakan OJK terus mendorong tumbuhnya edukasi keuangan.
“Kita cari peta daerah mana yang literasinya masih rendah, inklusinya masih rendah, bahkan mungkin jarang atau belum banyak dikunjungi oleh sektor keuangan,” kata Friderica usai pertemuan usai Financial Forum CNN Indonesia 2024 di Menara Bank Mega, Batavia. pada Selasa (11/12).
Friderica mengatakan OJK sudah memiliki media cetak literatur ekonomi. Pihaknya juga menyampaikan temuannya kepada pemangku kepentingan di sektor jasa keuangan.
OJK, kata dia, mendorong pelaku sektor jasa keuangan untuk meningkatkan literasi keuangan. Ia berharap pendidikan terarah, terstruktur dan tersebar di berbagai daerah.
“Jadi lihat kebutuhan programnya, kebutuhan masyarakatnya apa? Kita tidak bisa memberikan suatu daerah program yang tidak dibutuhkan. Kita tidak usah. Kita uraikan,” tuturnya.
Friederica mengatakan pendidikan ekonomi sangat diperlukan untuk menciptakan stabilitas ekonomi masyarakat. Tanpa pendidikan keuangan, ada kekhawatiran masyarakat akan terjebak dalam utang.
“Mereka menghindari penggunaan produk yang tidak sesuai. Mereka menghindari terlilit utang yang terlalu banyak, itu utang yang terlalu banyak,” tuturnya.
Sebelumnya, OJK menyebutkan literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 65 persen. Meski belum sempurna, angka tersebut disebut-sebut lebih tinggi dibandingkan negara-negara Organization for Cooperation and Development (OECD) yang sebesar 55 persen.
(dhf/agt)