Jakarta, CNN Indonesia —
China menyambut baik rencana pembukaan konsulat jenderal Indonesia di Chengdu untuk memperkuat kerja sama kedua negara.
Komentar tersebut tertuang dalam pernyataan bersama Indonesia dan China usai Presiden Prabowo bertemu dengan Presiden Xi Jinping di Beijing pada Sabtu (9/11).
“Dalam rangka memperluas kerja sama ekonomi dan sosial budaya antara Tiongkok dan provinsi Indonesia di kawasan Midwest, Tiongkok menyambut baik rencana pembukaan konsulat jenderal Indonesia di Chengdu,” demikian salah satu pernyataan CGTN.
Saat ini, Indonesia memiliki empat misi diplomatik di Tiongkok, antara lain Kedutaan Besar Indonesia di Beijing (KBRI), KJRI Guangzhou, KJRI Shanghai, dan KJRI Hong Kong.
Rencana pembukaan KJRI sebenarnya sudah diusulkan pada Agustus lalu oleh Retno Marsudi, mantan Menteri Luar Negeri. Saat itu, ia menyebut pemerintah Indonesia meminta bantuan China untuk membuka kantor diplomatik baru di Chengdu.
Selain rencana pembukaan konsulat Indonesia yang baru, Prabowo dan Xi membahas berbagai kerja sama dalam pertemuan tersebut, mulai dari ekonomi hingga pertahanan.
Di sektor maritim, kedua negara sepakat untuk menjajaki dan melaksanakan lebih banyak proyek kerja sama maritim, mengembangkan lebih banyak hotspot, dan bersama-sama melindungi perdamaian dan ketenangan di laut.
Di bidang perekonomian, Xi dan Prabowo memuji kontribusi penting kereta cepat Jakarta-Bandung terhadap pembangunan ekonomi dan sosial.
“Dan bersama-sama kita akan memastikan pelaksanaannya yang berkualitas tinggi,” lanjut pernyataan bersama tersebut.
Pernyataan bersama tersebut juga menyebutkan bahwa Indonesia dan Tiongkok akan membangun kerja sama berdasarkan filosofi pembangunan dan berorientasi pada kerakyatan.
Selain itu, Xi dan Prabowo sepakat bahwa kedua negara akan memperluas kerja sama untuk mengentaskan kemiskinan, menghidupkan kembali dan memodernisasi pertanian dan pedesaan, serta meningkatkan kesejahteraan kedua bangsa.
Prabovo mengunjungi Tiongkok pada 8-10 November. Di sana ia bertemu dengan pemimpin Kongres Tiongkok Zhao Lezhi, Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang dan Xi Jinping. (isa/bac)