Jakarta, CNN Indonesia —
Industri susu telah terbuka mengenai alasannya menerapkan pembatasan kuota susu dari peternak sapi perah dan memilih impor.
Asosiasi Industri Susu (AIPS) mengungkapkan bahwa industri tersebut membatasi konsumsi susu oleh peternak karena masalah keamanan pangan bagi konsumen.
Direktur AIPS Sonny Effendi mengatakan industri mau tidak mau menerapkan pembatasan karena kualitas susu dari peternak lokal tidak memenuhi standar perusahaan. Susu hewan mengandung bahan-bahan tertentu yang tidak aman dikonsumsi masyarakat.
“Jadi tidak memenuhi standar keamanan pangan sehingga tidak bisa diterima,” ujarnya di kantor Kementerian Pertanian, Senin (11/11).
Katanya, susu buatan sendiri biasanya mengandung air, sirup gula, dan bahan lainnya.
“Jadi jangan tambahkan air, minyak goreng, sirup gula, karbonat, hidrogen peroksida. Kita rebut dan kalau dilepas masyarakat yang menjadi korbannya,” ujarnya.
Menurutnya, ke depan harus ada upaya bersama antara industri dan peternak untuk meningkatkan kualitas susu dalam negeri.
“Kita perlu melindunginya karena bahan ini tidak boleh ada dalam susu sesuai standar BPOM,” imbuhnya.
Soni mengatakan sebagian besar susu impor yang masuk ke Indonesia berasal dari Selandia Baru dan Amerika Serikat (AS).
Ia juga membantah industri memilih impor karena faktor harga. Sebab, harga impor dan dalam negeri hampir sama.
“Jadi biayanya tidak menjadi masalah. Masalah terbesarnya adalah kualitas,” katanya.
Senada, Menteri Pertanian Andy Amran Suleiman mengatakan industri menolak susu dalam negeri karena tidak memenuhi kualitas yang ditentukan.
“Kuota dibatasi karena kualitas. Untuk meningkatkannya (kualitas susu), kami akan membatasi kuota impor,” ujarnya.
Amran mengatakan, dengan peningkatan kualitas susu lokal, maka akan semakin banyak industri yang menyerapnya. Dengan cara ini, impor bisa dikurangi.
Saat ini, lanjutnya, impor susu mencapai 80 persen kebutuhan dalam negeri. Ia berharap impor ke depan bisa ditekan hingga 40 persen.
“Seluruh industri harus menyerap susu peternakan. Kita kembali impor 40 persen,” ujarnya.
Peternak di sejumlah daerah di Indonesia protes terhadap pemerintah. Aksi protes tersebut salah satunya dilakukan oleh para peternak di Pasuruan, Jawa Timur. Mereka membuang susu olahan karena adanya batasan jumlah pengiriman susu ke industri pengolahan.
Peternak Bayu Pasuruan dan pengumpul susu Aji Handayanto mengatakan, pembatasan tersebut tidak bisa dihindari karena industri lebih memilih menggunakan susu impor.
“Sejauh ini masih kurangnya kontrol dari pemerintah. Keran impornya terbuka dan susu tidak dipungut pajak, jadi bebas impor,” kata Bayu kepada detikcom, Rabu (6/11).
Aksi serupa juga dilakukan para peternak sapi perah dan pengepul susu di Boyolali, Jawa Tengah. Sabtu (11/9) lalu, di Tugu Tumpah Susu, Boyolali, Jawa Tengah, mereka membuat pemandian susu dari susu yang belum terserap industri.
Aksi ini merupakan bentuk protes terhadap pembatasan kuota di industri susu (IPS). Mereka kecewa serapan susu sapi lokal semakin berkurang.
(pta/pta)