Jakarta, CNN Indonesia —
Pluto pernah menjadi salah satu planet di tata surya namun dihapus dari daftar pada tahun 2006. Inilah sebabnya Pluto kehilangan statusnya.
Tata surya, sebagaimana disebutkan dalam buku teks sains sebelumnya, memiliki sembilan planet, yang terjauh adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Pluto.
Pada tanggal 24 Agustus 2006, status planet Pluto dicabut. Pasalnya, Persatuan Astronomi Internasional (IAU) memutuskan untuk mengklasifikasi ulang Pluto sebagai planet kerdil sehingga mengurangi jumlah planet di tata surya menjadi delapan.
Keputusan tersebut, disetujui pada tahun 2006 dan dilaporkan oleh Space pada hari Jumat, 15/11, menyatakan: “Pluto menurut definisinya adalah planet kerdil dan dianggap sebagai prototipe kategori baru di antara objek trans-Neptunus.”
Pluto ditemukan oleh Clyde Tombaugh pada tahun 1930. Saat itu, para ilmuwan sedang mencari benda langit yang belum diketahui untuk menjelaskan ketidakteraturan orbit Uranus.
Tombaugh, astronom yang baru bergabung di Observatorium Lowell di Arizona, ditugaskan untuk mengidentifikasi pelakunya.
Beberapa bulan kemudian ia berhasil menemukan benda bulat berbatu di luar Uranus, yang ia yakini sebagai penyebab ketidakteraturan orbit Uranus. Benda ini kemudian diberi nama Pluto, terinspirasi dari dewa dunia bawah dalam mitologi Romawi.
Meski lebih kecil dari beberapa bulan yang diketahui, ia cukup besar untuk dianggap sebagai planet.
Namun, para ilmuwan kemudian menemukan bahwa Pluto tidak cukup besar untuk mengerahkan gravitasi yang diperlukan untuk mempengaruhi orbit Uranus.
Selain itu, para astronom menemukan pada tahun 1990an bahwa Pluto dikelilingi oleh banyak objek dengan ukuran serupa.
Pluto merupakan bagian dari wilayah Tata Surya yang kemudian disebut Sabuk Kuiper. Hal ini memicu perdebatan tentang status Pluto dalam jajaran planet, yang berpuncak pada pertemuan Praha tahun 2006.
Pada pertemuan tersebut, IAU menunjuk sebuah komite kecil untuk mendefinisikan kembali definisi “planet”.
Mereka mengidentifikasi tiga kriteria planet:
1. Ia harus mengorbit Matahari2. Massanya harus cukup untuk membuatnya bulat3. Ia harus menghapus semua benda langit dari orbitnya kecuali satelitnya sendiri.
Pada kriteria ketiga, panitia menyatakan Pluto tidak bisa lagi memenuhi syarat sebagai planet karena lokasinya di Sabuk Kuiper yang tersebar, di mana terdapat ribuan objek di luar orbit Neptunus.
Oleh karena itu, Pluto bukanlah objek yang secara gravitasi dominan di lingkungannya. Definisi baru ini mengungkapkan bahwa Pluto bukan lagi sebuah planet.
Namun definisi ini langsung dikritik oleh para astronom.
“Definisi ini jelas tidak memadai karena tidak mencakup exoplanet,” kata Jean-Luc Margot, ilmuwan planet di UCLA, seperti dikutip Live Science. katanya.
Selain itu, kata dia, sangat sulit menentukan kapan suatu benda meninggalkan orbitnya. Pluto jelas tidak melakukan hal ini, begitu pula Mars menurut beberapa definisi.
Pengurangan Pluto masih kontroversial bagi beberapa ilmuwan karena cara pengklasifikasiannya.
Philip Metzger, fisikawan planet yang bekerja pada misi New Horizons NASA ke Pluto, sebelumnya menyatakan bahwa IAU tidak menyerahkan definisi planetnya untuk dipilih oleh komunitas ilmiah yang lebih luas. Menurutnya, hal ini membatalkan definisi baru.
Di sisi lain, ilmuwan yang tidak bisa mencapai kemajuan dari Pluto dianggap mengalami masalah emosional. Banyak orang tumbuh dengan menganggap Pluto sebagai sebuah planet dan masih terikat secara emosional dengannya.
Baik itu sebuah planet atau planet katai, Pluto tetap menjadi bagian yang menakjubkan di tata surya, mulai dari “jantung” putihnya yang sangat besar yang terbuat dari nitrogen beku hingga “gunung berapi super” yang diduga bersembunyi di bawah permukaannya.
(lom/dmi)