Jakarta, CNN Indonesia —
Unilever digugat oleh anak perusahaannya Ben & Jerry’s karena diduga membungkam dukungan untuk Gaza, Palestina.
Klaim Ben & Jerry’s mendukung pengungsi Palestina. Namun Unilever justru disebut-sebut mengancam akan melikuidasi dan menggugat direksi perusahaan es krim tersebut.
Mengutip Reuters, gugatan tersebut diajukan oleh Ben & Jerry’s di pengadilan federal New York. Produsen es krim Unilever bahkan mengakui bahwa “perdamaian tidak terjadi sekaligus”.
Berdasarkan kasus tersebut, Ben & Jerry’s telah melakukan empat upaya untuk berbicara di depan umum demi perdamaian dan hak asasi manusia. Unilever telah membungkam semua upaya ini,” kata laporan itu, Jumat (15/11).
Ben & Jerry’s belum mengomentari gugatan tersebut. Namun manajemen yakin permasalahan Unilever bisa diselesaikan melalui perintah pengadilan.
Unilever, sementara itu, membantah tuduhan membungkam dukungan terhadap Palestina. Mereka mengaku menyesal atas apa yang terjadi di Timur Tengah.
“Kami menyampaikan belasungkawa kami kepada semua korban peristiwa mengerikan di Timur Tengah. Kami menolak tuduhan yang dibuat oleh dewan organisasi sosial B&J dan akan membela kasus kami dengan penuh semangat,” kata Unilever dalam sebuah pernyataan.
Ini bukan pertama kalinya perang dingin terjadi antara Unilever dan Ben & Jerry’s. Perusahaan induk dan anak perusahaannya berselisih sejak 2021. Namun, kasus tersebut menunjukkan ketegangan baru antara rencana Unilever yang membekukan bisnis es krimnya pada tahun depan.
Pada tahun 2021, Ben & Jerry’s memutuskan untuk berhenti menjual es krim di Tepi Barat ketika Israel menyerang Palestina. Sebaliknya, perusahaan induk menjawab bahwa Ben & Jerry’s sedang menjajaki peluang baru untuk bekerja sama dengan Israel.
Pada Juni 2022, Unilever kemudian menjual unit usaha es krim Ben & Jerry’s di Israel kepada distributor lokal.
Unilever telah mengalihkan distribusi es krim Ben & Jerry’s di Israel dari distributor resminya, American Quality Products (AQP), ke distributor lokal. Akibat aksi korporasi ini, distributor akan menjual es krim Ben & Jerry’s dengan merek Ibrani dan Arab.
“Tahun lalu, Unilever memanfaatkan kesempatan ini untuk mendengarkan pandangan mengenai isu yang kompleks dan sensitif ini. Kami percaya ini adalah hasil terbaik untuk masa depan Ben & Jerry’s di Israel,” tulis perusahaan tersebut.
Unilever sudah lama dikritik masyarakat karena masih menjual es krim di Israel yang saat ini sedang berkonflik dengan Palestina. Karena hal ini tidak sesuai dengan citra Ben & Jerry sebagai perusahaan bebas. Faktanya, Ben & Jerry’s telah beroperasi di Israel sejak tahun 1987.
Saat itu, Ben & Jerry’s bungkam soal hal itu.
Pada tahun 2015, perusahaan tersebut menulis di situs resminya bahwa mereka sangat menyadari kesulitan pasar Israel dan akan terus memberikan dampak positif dengan berbisnis di sana.
Namun pada Juli 2021, perseroan berubah posisi. Ben & Jerry’s mengatakan pihaknya mendengarkan kekhawatiran konsumen dan mitra. Sehingga mereka memutuskan untuk berhenti menjual es krim ke Israel melalui Tepi Barat.
Tahun ini, Ben & Jerry’s menginformasikan kepada AQP bahwa pihaknya tidak akan memperbarui kontrak kerja antara kedua pihak yang akan berakhir pada akhir tahun 2022. Sebagai gantinya, es krim Unilever akan dijual melalui berbagai distributor.
Namun keputusan ini justru menimbulkan kontroversi baru. Ada yang mengatakan Ben & Jerry’s bergabung dengan gerakan Sanksi Divestasi Boikot (BDS), yang bertujuan untuk mencabut hak-hak Israel sebagai negara dan memiliki akar anti-Semit.
Unilever juga membantah terlibat dengan BDS.
“Unilever dengan tegas menolak segala bentuk diskriminasi atau intoleransi,” demikian bunyi pernyataan resmi perusahaan.
“Anti-Semitisme tidak mempunyai tempat di masyarakat mana pun. Kami tidak pernah menyatakan dukungan terhadap gerakan Boikot dan Sanksi (BDS) dan tidak ada niat untuk mengubah posisi tersebut,” lanjut mereka.
Distributor es krim Ben & Jerry’s, AQP, juga menggugat Unilever dengan tuduhan bahwa perusahaan tersebut mengakhiri hubungan bisnisnya selama 34 tahun dengan Israel. Ben & Jerry’s dan Unilever belum mengomentari gugatan tersebut.
(skt/pta)