Jakarta, CNN Indonesia —
Harga minyak mentah global lebih rendah pada perdagangan Jumat (15/11) di tengah kekhawatiran membanjirnya pasokan.
Pendorong lain melemahnya harga minyak adalah penguatan dolar AS.
Minyak mentah berjangka Brent turun 30 sen, atau 0,41 persen, menjadi $72,26 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 25 sen, atau 0,36 persen, menjadi $68,45 per barel.
Untuk minggu ini, Brent diperkirakan turun 2,2 persen, sedangkan WTI AS diperkirakan turun 2,7 persen.
Kemarin, Badan Informasi Energi (EIA) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS meningkat sebesar 2,1 juta barel pada minggu lalu. Jumlah ini hanya 750.000 barel lebih tinggi dari ekspektasi para analis.
AIA juga mencatat stok bensin turun 4,4 juta barel pada pekan lalu ke level terendah sejak November 2022.
Analis ANZ Daniel Haynes mengatakan tanda-tanda permintaan yang kuat mendukung harga minyak, namun penurunan permintaan minyak membebani harga.
“Harga berada di bawah tekanan setelah pasar mencatat prospek permintaan yang buruk,” kata Haynes seperti dikutip Reuters.
Badan Energi Internasional memperkirakan pasokan minyak dunia akan melebihi permintaan pada tahun 2025. Permintaan minyak tahun ini sebesar 920.000 barel per hari. Diperkirakan kondisinya tidak akan banyak berubah pada tahun depan, sekitar 990 ribu barel per hari.
Pasokan minyak tetap “kompetitif” bahkan ketika sekutu seperti Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan Rusia (OPEC+) memangkas produksi.
Produksi AS dan negara-negara non-OPEC lainnya meningkatkan permintaan minyak, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan membanjirnya pasokan. Permintaan dari Tiongkok, India, dan wilayah lain mengalami penurunan.
Pasca kemenangan Donald Trump dalam pemilu presiden AS, penguatan dolar terhadap dolar juga berdampak pada harga. Penguatan dolar AS membuat perdagangan barang dalam dolar AS menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Hal ini dapat mengurangi permintaan.
(pta/pta)