Jakarta, CNN Indonesia —
Gibran Rakabuming Raka pada Minggu (20/10) resmi dilantik sebagai Wakil Presiden RI 2024-2029. Putra sulung Joko Widodo (Jokowi) ini merupakan salah satu wakil presiden yang tidak bergabung dengan partai politik mana pun (Parpol).
Namun, berbeda dengan wakil presiden non-partai lainnya, Gibran mendapat sorotan lebih karena pencalonannya sebagai wakil presiden juga terimbas kasus pelanggaran etik yang dilakukan hakim Mahkamah Konstitusi (MK).
Kemudian setelah Presiden Prabowo Subianto resmi terpilih menjadi Wakil Presiden, muncul isu ‘Fufufa’ yang banyak diperbincangkan di media sosial. Hubungan antara Prabowo dan Gibran dikabarkan renggang meski sudah berulang kali dibantah oleh kubu Prabowo dan Gibran.
Arifki Chaniago, CEO Algebra Strategic, menilai posisi Gibran di pemerintahan Prabowo memang lemah. Meski sikapnya negatif terhadap isu Fufufafa, Gibran tidak memiliki partai politik kuat yang bisa melindunginya.
Secara default, Gibran akan tetap berada di bawah pengaruh ayahnya, Jokowi. Selama Jokowi masih bisa mempertahankan pengaruhnya, Gibran akan aman, kata Arifki.
“Karena kalau kita lihat, elitenya masih respek ke Pak Jokowi, bukan Mas Gibran,” kata Arifki saat dihubungi fun-eastern.com, Minggu.
Arifki menilai Jokowi dan Gibran harus mengambil tindakan cepat untuk melindungi diri mereka sendiri. Jalan ke depan adalah meraih kekuasaan sebagai partai yang kuat.
Menurutnya, mereka membutuhkan basis politik yang kuat untuk menghentikan serangan pihak lain. Arifki menilai Golkar menjadi pilihan paling menjanjikan saat ini.
“Tentu partainya masih kuat. Kalau mau kuat, Golkar lah,” ujarnya.
“Tetapi karena Golkar punya banyak hal, pasti ada tim Golkar yang akan mendukung Prabowo. Hal ini perlu dipertimbangkan oleh Jokowi,” kata Arifki.
Asrinaldi, pengamat politik Universitas Andalus, secara khusus menilai posisi Gibran di kursi wakil presiden sudah aman. Menurutnya, langkah ekstrem seperti migrasi tidak akan dilakukan.
Meski begitu, dia menilai Gibran tidak akan mendapat peran penting di pemerintahan. Gibran tidak akan banyak terlibat dalam pengambilan keputusan, apalagi pasca peristiwa Fufufa.
Asrinaldi mengatakan, “Gibran sendiri, dengan adanya isu antara dirinya dan Pak Prabowo, tentu tahu bahwa ini juga bisa menjadi situasi Pak Jokowi menghindari tekanan.”
Katanya: “Saya yakin apa yang menimpa Pak Maroof Amin di era Presiden Jokowi juga akan menimpa Gibran. Jadi hanya di tempat-tempat formal.”
(DBD/TSA)