Jakarta, CNN Indonesia –
Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menunjuk Perwira Tinggi Polri Brigjen Alexander Sabar sebagai Dirjen Pengawasan Ruang Digital. Periksa pekerjaannya.
Berdasarkan informasi resmi Komdigi, Alexander akan menangani kejahatan digital yang kompleks, termasuk pencurian data, distribusi konten ilegal, dan perjudian online.
“Kerja sama Komdigi dengan aparat penegak hukum sangat diperlukan, apalagi dalam situasi kritis seperti saat ini, untuk menyikapi ancaman digital yang semakin kompleks, terutama dalam kasus perjudian online yang sangat merugikan masyarakat,” kata Meutya dalam bukunya. pernyataan resmi. Senin. 25/11).
Jabatan Alexander sebagai Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital merupakan implementasi dari Perpres Nomor 174 Tahun 2024 tentang Komdigi yang mencerminkan perubahan portofolio kementerian sebagai respons terhadap dinamika dan tantangan era transformasi digital saat ini. Salah satunya adalah pembentukan pemerintahan baru yang akan mengawasi kejahatan di ruang digital.
Meutya berharap penunjukan Alexander dapat mempercepat proses pembersihan Komdiga yang pegawainya belakangan ini terlibat kasus perjudian online dari ancaman kejahatan digital, sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap keamanan ruang digital.
Aleksander diangkat menjadi Direktur Jenderal Pemantauan Lokasi Digital berdasarkan Keputusan Kapolri Nomor Sprin/3346/XI/KEP/2024 tanggal 18 November 2024.
Ia memiliki pengalaman di bidang hukum dan pengawasan siber, termasuk keahlian dalam investigasi digital dan forensik.
Alexander telah mendapatkan berbagai pelatihan khusus untuk menunjang keahliannya, seperti pelatihan Investigasi Komputer dan Forensik dari Interpol Amerika Serikat, pelatihan Metodologi VFC dari Cybercrime Research Center, dan pelatihan Investigasi Komputer dan Forensik dari Research Training Aid hukum pidana Internasional.
Selain itu, Alex juga mengikuti Lokakarya Pelatihan Pelatih Forensik Siber Interpol ke-2 untuk Asia dan Pasifik Selatan yang diselenggarakan oleh Interpol.
Pengalaman dan pelatihan ini diyakini dapat membantu mereka menghadapi kompleksitas kejahatan digital, termasuk pencurian data, distribusi konten ilegal, dan perjudian online. (band/dmi)