Jakarta, CNN Indonesia —
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Wargeo mengungkap tiga dampak besar kemenangan Donald Trump pada pemilu presiden AS terhadap perekonomian dunia.
Ia mengatakan pihaknya terus mengkaji dampak terpilihnya Trump sebagai presiden AS dan mencermati lima hal tersebut.
Pertama, AS Perry menilai arah kebijakan fiskal merupakan strategi yang lebih ekspansif, bersifat inward-looking atau ke dalam. Hal ini termasuk tarif perdagangan yang tinggi dan kebijakan imigrasi yang ketat.
“Negara-negara tersebut adalah Tiongkok, Uni Eropa, Meksiko, dan sejumlah negara, termasuk negara kelima, Vietnam. Tarif perdagangan yang lebih tinggi dapat dimulai pada paruh kedua tahun 2025,” kata Perry dalam pertemuan tersebut. 20/11).
Perry menjelaskan, penerapan tarif perdagangan yang tinggi akan menyebabkan fragmentasi perdagangan. Hal ini akan menyebabkan resesi ekonomi di beberapa negara.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan bertahan atau meningkat dari 3,2% pada tahun 2025, namun kemungkinan akan turun menjadi 3,1%.
Kedua, seiring membaiknya pertumbuhan ekonomi, penurunan inflasi AS diperkirakan akan melambat.
“Kemajuan dalam menurunkan inflasi di Amerika Serikat akan berjalan lambat, saat ini sebesar 2,7%, sehingga mengarah pada target inflasi jangka menengah sebesar 2%. Kemajuan dalam menurunkan Federal Funds Rate (FFR) akan lebih terbatas.”
Perry memperkirakan suku bunga FFR akan turun sebesar 25 basis poin (bps) pada Desember 2024.
Ketiga, defisit anggaran pemerintah AS diperkirakan akan meningkat. Perry memperkirakan defisit fiskal AS akan meningkat menjadi 7,7 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2025.
Kebijakan fiskal ekspansif ini akan membutuhkan lebih banyak dana dari pemerintah AS. Akibatnya, penerbitan obligasi akan meningkat sehingga imbal hasil akan meningkat.
Meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah kemudian berkontribusi pada penguatan dolar. Oleh karena itu, tekanan terhadap mata uang lain, termasuk rupee, akan meningkat.
Melihat dampak di atas, Perry tetap terbuka terhadap kemungkinan penurunan suku bunga dasar atau suku bunga BI. Namun hal tersebut masih bergantung pada perkembangan ekonomi global.
“Memang seiring dengan dinamika global yang berkembang pesat, fokus kami adalah pada kebijakan moneter yang bertujuan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupee terhadap dampak meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan perekonomian global serta perkembangan politik di AS,” ujarnya. .
(hapus/frekuensi normal)