Jakarta, CNN Indonesia —
Milisi Hizbullah Lebanon mengumumkan kematian juru bicaranya, Mohammed Afif, yang menurut sumber keamanan termasuk di antara empat orang yang tewas dalam serangan Israel di ibu kota Beirut pada Minggu (17/11).
“Haji Mohammad Afif al-Nabulsi, kepala hubungan media Hizbullah, telah jatuh,” demikian pernyataan yang diterbitkan Hizbullah, dikutip AFP.
Dalam pernyataannya, Hizbullah mengungkapkan bahwa kematian Mohammed Afif membuatnya menjadi “martir utama dalam perjalanan menuju Yerusalem,” sebuah ungkapan yang biasa digunakan untuk merujuk pada anggotanya yang dibunuh oleh Israel.
Sementara itu, militer Israel juga mengatakan serangan hari Minggu di wilayah Beirut “membunuh” juru bicara Hizbullah Mohammed Afif. Menurut Israel, Afif digambarkan sebagai “propagandis utama” kelompok militan yang didukung Iran.
“Tentara melakukan serangan presisi berdasarkan intelijen di wilayah Beirut dan membunuh teroris Mohammad Afif,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.
Tel Aviv menuduh Afif “terlibat langsung dalam aktivitas teroris Hizbullah melawan Negara Israel.”
Sebelumnya, sumber keamanan Lebanon mengatakan Mohammed Afif adalah satu dari empat orang yang tewas dalam serangan Israel di Ras al-Naba.
Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan satu orang tewas dan tiga lainnya terluka dalam serangan itu. Jumlah korban masih bisa berubah karena pihak berwenang terus membersihkan puing-puing dari lokasi serangan.
Mohammad Afif adalah salah satu pejabat media Hizbullah, yang bertanggung jawab atas hubungan media organisasi tersebut selama bertahun-tahun.
Afif juga merupakan orang yang kerap memberikan informasi terkait Hizbullah kepada jurnalis lokal dan asing tanpa mau disebutkan namanya.
Sejak 23 September, Israel meningkatkan serangan udaranya di Lebanon, diikuti oleh pasukan darat.
Para pejabat Lebanon mengatakan lebih dari 3.440 orang telah tewas sejak Oktober tahun lalu, ketika Hizbullah dan Israel mulai melancarkan serangan.
Konflik tersebut telah menimbulkan kerugian ekonomi lebih dari $5 miliar di Lebanon, dan kerusakan struktural sebenarnya mencapai miliaran dolar, kata Bank Dunia pada hari Kamis. (rds)