Jakarta, CNN Indonesia —
Pernahkah Anda mendengar tentang pariwisata? Sejak awal pandemi Covid-19 pada tahun 2020, semakin banyak masyarakat yang merasa nyaman berada di rumah atau dengan kata lain menjadi teman serumah.
Orang-orang sudah berhenti fokus pada acara-acara sibuk, mulai hidup fokus pada mengurus diri sendiri, dan tidak mengherankan, lebih banyak tidur.
Manfaat dan dampak kesehatan dari perubahan ini berbeda-beda, namun yang umum adalah perubahan tersebut memengaruhi cara orang memprioritaskan liburan mereka.
“Perjalanan tidur”, sebagaimana istilah yang dikemukakan oleh para pemimpin industri, diperkirakan akan menjadi salah satu tren terbesar tahun depan. Ide ini juga mendapat banyak perhatian di kalangan hotel dan bisnis penginapan lainnya.
Tujuan dari “wisata tidur” tidak memerlukan perjalanan, dan tidak selalu menyenangkan; sebaliknya para tamu mewujudkan impian mereka untuk mendapatkan tidur malam yang nyenyak.
Berikut penjelasan dan alasan mengapa hal ini berkembang pesat – dan tentunya bagaimana membuat diri Anda “sleep trip” di rumah, laporan nyata Mengapa tidur menjelang liburan?
Menurut data CDC, 36,8 persen masyarakat Amerika Serikat (AS) mengalami kurang tidur. Hal ini, menurut survei Gallup, disebabkan oleh stres yang tinggi, dan separuh orang mengalami masalah tidur.
Hubungan keduanya sulit dipisahkan, karena kurang tidur dapat menyebabkan kecemasan, dan stres dapat menyebabkan insomnia. Tentu saja, jika seseorang tidak tidur, ia merasa sangat cemas.
Jadi, liburan santai bisa membantu Anda menikmatinya kembali.
Sebuah survei terbaru yang dilakukan oleh hotel Hilton yang terkenal menunjukkan bahwa alasan utama orang ingin bepergian adalah untuk “bersantai dan memulihkan energi”.
Oleh karena itu, Hilton mengutamakan area Power Down yang menawarkan kasur dan tempat tidur dengan suhu tinggi, kaus kaki geser, dan teknologi peredam kebisingan.