Jakarta, CNN Indonesia
Konsumsi gula berlebihan pada anak bisa memicu kecanduan. Para ahli menjelaskan apa yang terjadi pada otak ketika anak terlalu banyak mengonsumsi gula hingga kecanduan.
Gula dibutuhkan untuk menghasilkan energi. Namun bila dikonsumsi berlebihan, gula dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan.
Pakar kesehatan anak sangat menyarankan para orang tua untuk mengontrol asupan gula anak agar terhindar dari kecanduan dan penyakit.
Siska Mayasari, anggota Unit Koordinasi Endokrinologi (UKK) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), mengatakan: Untuk makan] “. Lubis dalam webinar pada Selasa (26/11).
Setelah tertelan oleh anak-anak, gula darah mencapai jantung. Gula juga merangsang reseptor dopamin dan opioid di otak.
Siska mengatakan, asupan gula yang diulang-ulang hingga melebihi konsentrasi gula ekstra akan membuat perilaku ketergantungan dan menurunkan kemampuan kontrol anak.
Hal ini juga menambah efek pada pencernaan. Tubuh merespons peningkatan gula darah dengan melepaskan hormon insulin. Hormon menyebabkan kadar gula darah turun dengan cepat.
“Gula darah naik dengan cepat, ada pelepasan insulin, lalu [gula darah] turun dengan cepat, lalu timbul rasa ingin makan lagi,” imbuhnya sambil memperhatikan gula yang disembunyikan.
Asupan gula anak sangat dipengaruhi oleh kebiasaan makan orang tua, makanan rumahan, dan pilihan makanan anak.
Sebaiknya para orang tua mengecek kandungan gula pada makanan, terutama makanan kemasan. Siska mengatakan, penting untuk melihat daftar kemasan yang memberikan informasi nutrisi, termasuk kandungan gula.
Hanya saja, terkadang kandungan gulanya tidak dituliskan sebagai “gula” atau glukosa. Untuk menghindari kebingungan, nama gula pada label biasanya ditulis:
1. Sukrosa2. Fruktosa 3. Glukosa 4. Dekstrosa 5. Sirup Jagung Fruktosa Tinggi (HFCS) 6. Madu 7. Molase 8. Maltosa 9. Campuran jus buah.
Meski makanan tersebut memiliki label “sehat” pada kemasannya, orang tua tetap harus ekstra hati-hati.
(lainnya / ashar)