Jakarta, CNN Indonesia –
Presiden Pravo Subianto pada Minggu (20/10) mengangkat kembali Baril Lahadaria sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Pengangkatannya itu ia konfirmasi pada Minggu malam, bersamaan dengan pengumuman pembentukan Kabinet Merah Putih.
Dr Baril Lahadaria, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, mengatakan:
Penunjukan Bahar bukanlah sebuah kejutan. Bahir yang menjabat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral sejak 19 Agustus itu tiba di kediaman Prabo di Jalan Cortanegara IV, Jakarta Selatan, Senin (14 Oktober) lalu.
Ia mengatakan, sejumlah diskusi telah dilakukan dengan Ketua Umum Partai Gerindra, mulai dari upaya peningkatan produksi migas hingga hilirisasi energi baru terbarukan.
Saat menghadiri pertemuan dengan media di kantornya, ia mengatakan, “Park Prabo mengajak saya ngobrol dan berbicara tentang betapa adilnya distribusi sumber daya alam bagi bangsa, kedaulatan, sumber daya alam (SDA), dan kesejahteraan rakyat. .” Itu akan terlaksana dan negara mendapat pemasukan,” ujarnya soal itu. Jumat (18/10).
Profil Baril Ladaria
Sebelum menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bapak Bari menjabat sebagai Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada tahun 2019 hingga 2024.
Berdasarkan website Kementerian ESDM, pengalaman kepemimpinan Pak Baril berawal dari Ketua Senat Mahasiswa STIE Port Nambe di Jaipura, Papua sebagai Ketua Dewan. Pada tahun 2002 hingga 2004, Pak Baril kemudian menjadi Bendahara Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) PB.
Selain itu, Bapak Bari menjabat sebagai Ketua BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Provinsi Papua pada tahun 2008 hingga 2011, dan sebagai Kepala Divisi Infrastruktur dan Real Estate BPP HIPMI Pusat pada tahun 2014 hingga 2019. Beliau menjabat sebagai Ketua HIPMI sampai saat itu. . periode
Lahir pada tanggal 7 Agustus 1976 di Banda, Maluku, Bapak Bari menyelesaikan studi sarjananya dan melanjutkan studi pada Program Magister Ekonomi di Universitas Sendrabashi.
Ia kemudian menerima gelar PhD dari Universitas Indonesia (UI) usai menggelar sesi promosi PhD publik pada Rabu (16/10). Menyelesaikan program doktoral selama 1 tahun 8 bulan dan memperoleh gelar
(sfr)