Jakarta, CNN Indonesia —
Israel melancarkan serangan ke markas pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau UNIFIL di Lebanon pada Minggu pagi (14/10).
15 personel UNIFIL terluka, banyak di antaranya berasal dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Namun hingga saat ini belum ada laporan mengenai identitas dan kewarganegaraan pekerja yang terluka.
Dikutip Reuters, IDF menyebut serangan itu dilakukan untuk menghentikan tembakan rudal anti-tank Hizbullah ke tentaranya. Israel mengatakan 25 orang terluka dalam insiden tersebut.
IDF mengakui serangan Hizbullah sangat dekat dengan pos UNIFIL. Sebuah tank yang membantu mengevakuasi korban kecelakaan juga terpaksa kembali ke pos UNIFIL.
“Ini bukan serangan terhadap pangkalan. Ini bukan upaya untuk memasuki pangkalan. Itu adalah sebuah tank yang terkena tembakan hebat, di tempat yang mengalami kehancuran besar, kembali untuk menghindari bahaya,” katanya kepada wartawan, Senin (14) juru bicara IDF Nadav Shoshani /10).
Tentara Israel juga mengatakan mereka menggunakan tabir asap untuk melindungi tentara yang terluka agar tidak melarikan diri, namun tindakannya tidak merugikan penjaga PBB.
UNIFIL mengatakan krisis ini bermula ketika tank Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyerbu gerbang pangkalan UNIFIL di Ramyah, Lebanon selatan, pada Minggu pagi.
Setelah tank masuk, UNIFIL mengatakan beberapa ledakan terjadi sekitar 100 meter jauhnya, menyebabkan asap menyebar ke seluruh pangkalan dan membuat staf PBB sakit.
UNIFIL melaporkan terobosan Israel terjadi sekitar pukul 04.30 waktu setempat, ketika para pekerja di Ramyah melihat tiga peleton tentara IDF melintasi Garis Biru menuju Lebanon.
“Saat pasukan penjaga perdamaian berada di tempat perlindungan, dua tank IDF Merkava menghancurkan gerbang utama lokasi dan memasuki lokasi dengan paksa,” kata UNIFIL, dilansir Reuters.
Setelah masuk secara paksa, tentara Israel berulang kali menuntut agar lampu di markas UNIFIL dimatikan.
Menanggapi serangan tersebut, UNIFIL mengeluarkan protes melalui saluran diplomatik dan mengatakan bahwa kehadiran pasukan Israel akan mengganggu pekerjaan pasukan penjaga perdamaian.
Serangkaian serangan Israel terhadap markas UNIFIL pekan lalu ketika Israel terus menargetkan markas besar penjaga perdamaian PBB selama operasi militernya di dan Hizbullah di Lebanon.
Serangan itu juga terjadi setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyerukan penarikan pasukan keamanan PBB di Lebanon selatan.
(rds)