Jakarta, CNN Indonesia —
Pada Rabu (27/11) setelah dimulainya gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah, warga mulai kembali ke wilayah selatan Lebanon.
Tak lama setelah pengumuman gencatan senjata, suara tembakan terdengar di Beirut, ibu kota Lebanon. Menurut Reuters, belum jelas apakah penembakan tersebut merupakan perayaan atau peringatan bagi warga yang tidak mengetahui peringatan evakuasi yang dikeluarkan tentara Israel.
Setelah itu, mereka berangkat dengan truk penuh kasur, koper dan perabotan menuju Lebanon selatan melalui pelabuhan Tirus. Goma dibom besar-besaran pada hari-hari terakhir sebelum gencatan senjata.
Beberapa mobil mengibarkan bendera Lebanon, membunyikan klakson, dan seorang wanita terlihat mengibarkan tanda kemenangan dengan jarinya.
Banyak desa yang menjadi tempat tinggal warga yang kembali hancur. Namun warga memilih tetap tinggal di rumahnya karena tekanan keuangan dan tidak menginginkan sewa sebulan lagi.
Meski sudah banyak yang kembali, namun sebagian warga masih takut untuk kembali.
Hussam Aout, ayah empat anak, seorang migran dari pinggiran selatan Beirut dan berasal dari desa perbatasan selatan Mes Al-Jabal, mengatakan dia sangat ingin kembali ke rumah leluhurnya.
“Israel belum sepenuhnya pergi, mereka masih belum beristirahat,” ujarnya.
Dia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tentara Lebanon, yang bertugas membantu melaksanakan perjanjian gencatan senjata, sedang bersiap untuk bergerak ke selatan.
Penduduk di perbatasan telah meminta agar tentara Israel, yang telah memasuki wilayah Lebanon sejauh enam kilometer, harus menunda kedatangannya sampai mereka pergi.
Salah satu syarat perjanjian gencatan senjata adalah Israel akan menarik pasukannya secara bertahap 60 hari setelah tentara Lebanon menguasai wilayah perbatasan dengan Israel. Kehadiran tentara Lebanon untuk mencegah Hizbullah membangun basis di sana.
Hizbullah belum secara resmi mengatakan apa pun tentang gencatan senjata tersebut. Namun Iran, yang mendukung Hizbullah, mengatakan bahwa mereka akan menerima perjanjian gencatan senjata dengan Otoritas Palestina, Hamas, dan milisi Houthi Yaman.
Gencatan senjata terjadi setelah Israel dan Hizbullah menyetujui perjanjian yang dimediasi Amerika Serikat dan Prancis. (fea/fea)