Jakarta, CNN Indonesia —
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan mengejar rencana mencaplok Tepi Barat, Palestina, setelah Donald Trump resmi menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat.
Media Israel, KAN, memberitakan pada Selasa (12/11) bahwa Netanyahu bermaksud untuk mendorong rencana penangguhan Tepi Barat yang ditangguhkan saat Trump masih menjadi presiden Amerika Serikat.
Dalam pernyataan penutupnya, PM mengatakan dia akan memasukkan rencana pembangunan Tepi Barat ke dalam agenda pemerintahannya setelah pelantikan resmi Trump.
Anadolu Agency melaporkan, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich pada Senin (11/11) memerintahkan Departemen Pemukiman dan Administrasi Sipil Israel untuk mulai membangun infrastruktur “untuk memperkuat kedaulatan bangsa di Pantai Barat.
“Kami hampir menerapkan otoritas kota di Yudea dan Samaria (Tepi Barat) sebelum pemerintahan Biden,” kata Smotrich.
Dia kemudian melanjutkan: “Sekaranglah waktunya untuk melakukan sesuatu.
Pada tahun 2020, Netanyahu mengumumkan rencana untuk merebut pemukiman ilegal Yahudi di Tepi Barat dan Lembah Jordan. Rencana tersebut didasarkan pada rencana perdamaian Timur Tengah yang diumumkan Trump pada Januari tahun yang sama.
Saat itu, Netanyahu berencana mengkonsolidasikan 30 persen wilayah Tepi Barat. Namun rencana ini gagal karena tekanan internasional.
Menurut hukum internasional, wilayah Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur berstatus “wilayah pendudukan”. Semua pemukiman Yahudi di sana dianggap ilegal.
Ketegangan terus berlanjut di Tepi Barat dengan agresi Israel di Jalur Gaza Palestina.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, setidaknya 780 warga Palestina tewas dan hampir 6.300 orang terluka akibat tembakan militer Israel di Tepi Barat selama serangan Gaza.
Mahkamah Internasional (ICJ) menyatakan pada bulan Juli bahwa pendudukan Israel atas wilayah yang terlibat adalah ilegal dan melanggar hukum internasional.
ICJ juga mendesak Israel untuk membekukan seluruh kota di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. (blq/dna)